Saat Pandemi Corona Mendunia, Turkmenistan Larang Penggunaan Kata ‘Virus Corona’ di Media
TURKMENISTAN – Ketika semua pemimpin negara mulai bekerjasama untuk menekan pandemi covid-19, ternyata ada satu negara yang presidennya justru melarang penggunaan kata atau atribut yang berkaitan dengan pandemi covid-19, yaitu Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov
Jason Lemon dari Newsweek (Selasa/31/3/2020) mengabarkan bahwa Berdymukhamedov telah melarang penggunaan kata virus corona di negaranya. Bila ada yang mengucapkan kata tersebut atau ada yang memakai masker medis di ibu kota Ashgabat kemungkinan besar akan ditangkap.
Oleh karena itu, hingga saat ini Turkmenistan tidak melaporkan kasus pandemi virus corona. Menurut Reporters Without Borders (RSF) yang mengutip laporan media independen Chronicles of Turkmenistan, menyebutkan bahwa media di Turkmenistan juga dikontrol dan dilarang untuk mengatakan atau mempublikasikan hal-hal terkait pandemi virus corona.
Dan saat ini semua informasi tentang coronavirus juga telah dihapus dari brosur kesehatan pemerintah yang di distribusikan di tempat kerja, rumah sakit dan sekolah. Koresponden Radio Free Europe di Ashgabat melaporkan bahwa petugas polisi berpakaian preman juga menangkap orang-orang yang memakai masker wajah atau mendiskusikan pandemi di depan umum.
Jeanne Cavelier , reporet RSF utnuk Eropa Timur dan Asia Tengah mengatakan bahwa penolakan informasi itu tidak hanya membahayakan warga Turkmenistan dari resiko pandemi virus corona, juga memperkuat otoritarianisme yang dipaksakan oleh Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov.
Human Rights Watch (HRW) telah melaporkan bahwa Turkmenistan merupakan negara yang sangat represif. Aktivis dan koresponden independen yang kritis terhadap pemerintah mengalami peningkatan intimidasi, pelecehan, serangan fisik dan pemenjaraan. Negara ini tetap tertutup untuk pengawasan independen.
“Kami mendesak masyarakat internasional untuk bereaksi dan membawanya sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis.”
Alexander A. Cooley, direktur Institut Harriman di Universitas Columbia dan pakar politik Asia Tengah menyatakan bahwa Turkmenistan saat ini berada di peringkat terakhir dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia . Di Turkmenistan kebebasan berbicara dibungkam dan dihukum. Pemerintah sering menutup akses informasi di Turkmenistan tanpa alasan.
“Melarang istilah ‘coronavirus’ bagi kami tampaknya tidak sopan dan ekstrem. Saya rasa mereka sedang mencoba menyembunyikan pandemi selama mereka bisa .” kata Cooley. Dia juga mengatakan bahwa keputusan itu kemungkinan digunakan untuk mengantisipasi keruntuhan ekonomi pasca-pandemi besar di negara-negara yang sangat bergantung pada penjualan gas alam ke China.
“Penyangkalan ini mungkin sebagai model baru yang diperlihatkan pemerintah. Berdymukhamedov tidak ingin terlihat lemah. Karena ia menggambarkan dirinya sebagai seorang superman yang bertanggung jawab, yang harus dihormati dan didengarkan.”
Sebelum kata-kata pandemi virus corona dilarang, Berdymukhamedov dilaporkan telah menawarkan solusi untuk memerangi virus berdasarkan tanaman obat yang ditulis dalam bukunya.
Iran adalah tetangga Turkmenistan di selatan, yang paling parah terkena virus corona. Selain itu beberapa negara di Asia Tengah yang berdekatan dengan Turkmenistan memiliki ratusan kasus yang dikonfirmasi. Maka posisis Turkmenistan tidak lepas dari pandemi Covid -19.
Situs berita independen Chronicles of Turkmenistan yang diblokir pemerintah Turkmenistan melaporkan walau pemerintah Turkmenistan resmi mengklaim tidak ada kasus virus corona di dalam negeri. Tetapi situs tersebut juga mencatat laporan wartawan dari Radio Free Europe /Radio Liberty bahwa beberapa kasus infeksi di Turkmenistan.
Radio Free Europe juga melaporkan minggu lalu harga makanan telah melonjak di Ashgabat, ibukota Turkmenistan, karena pemerintah telah membatasi akses ke kota sebagai upaya nyata untuk mencegah penyebaran virus corona. [ ]