Kasih Allah yang Tanpa Batas
Setelah itu, si kalajengking kembali menyusuri tepi sungai, meninggalkan pemuda mabok yang tetap nyenyak dalam tidurnya.
JERNIH—Manakala wali sufi Dzunnun Al-Misri hendak mencuci pakaiannya di tepi Sungai Nil, ia melihat seekor kalajengking besar mendekati dirinya. Rasa cemas membuat Dzunnun memohon kepada Allah SWT agar terpelihara dari sengatan kalajengking yang mematikan itu.
Doanya terkabul.
Seketika itu pula kalajengking berbelok dan bergerak cepat menyusuri tepian sungai. Dzunnun yang penasaran mengikutinya.
Rupanya kalajengking itu bergerak ke sebuah pohon rindang. Di situ, kebetulan, terbaring seorang pemuda yang dari mulutnya menguar bau minuman beralkohol. Ia mabok dan tertidur di bawah pohon.
Kalajengking it uterus mendekati si pemuda.
Perasaan Dzunnun bercampur aduk. Ia khawatir kalajengking itu akan menyengat dan membuat si pemuda terbunuh. Kekhawatirannya kian menjadi-jadi manakala dilihatnya di dekat pemuda itu pun merayap seekor ular berbisa, siap menerkam dan mematuknya.
Namun yang terjadi kemudian di luar dugaan Dzunnun.
Justru kalajengking itu, dengan sigap menyengat kepala ular hingga tak berkutik. Mati akibat bisa kalajengking berukuran besar tersebut. Setelah itu, si kalajengking kembali menyusuri tepi sungai, meninggalkan pemuda mabok yang tetap nyenyak dalam tidurnya.
Dzunnun terus mengikuti kalajengking ke tepian sungai. Dia kemudian kembali ke tempat si pemuda, dan bersyair:
“Wahai engkau
yang sedang mabuk kepayang,
Yang Maha Agung selalu menjagamu,
dari setiap kekejian
yang berakhir sengsara.
Namun mengapa bisa
Si pemilik mata tertidur?
Bukankah mata itu dapat mendatangkan kenikmatan?”
Mendengar untaian syair tersebut si pemuda pun terbangun dari tidurnya. Dzunnun lalu bercerita kepadanya apa yang te;ah terjadi.
Mendengar penjelasan itu, pemuda tersebut menangis dan bertobat kepada Allah. Dia akhirnya menyadari betapa besar kasih sayang Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya. Bahkan untuk seorang pemabok seperti dirinya, Allah masih memberikan perlindungan dan kesempatan untuk kembali kepada-Nya dengan bertobat. [dsy]
Dari “An-Nawadir”, Syekh Shihabuddin al-Qalyubi, Pusataka Misbah, 2004