Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Pada Perbedaan, Aku Selalu Ingin Membangun Jembatan

Aku bertamasya pada alam pikiran yang selalu menertawakan diriku sendiri, bukan mencemeeh orang lain. Karena dengan cara menggelikan diri sendiri, aku belajar tetap rendah hati.

JERNIH– Saudaraku,

Aku berteman denganmu bukan karena persamaan. Aku bersahabat denganmu justru karena perbedaan. Aku senapas denganmu bukan karena perkara yang kusukai. Aku bersekutu denganmu bukan untuk menyelisihimu dalam perkara yang kubenci. Aku berkarib denganmu bukan karena hawa nafsuku sendiri. Aku bergaul denganmu bukan atas nama mencari kesenangan dunia.

Deden Ridwan

Ketahuilah, aku berapat denganmu karena semata komprador cinta. Di dalamnya, aku terhubung dengan cakrawala yang melampaui bayang-bayang kuasa egoku. Aku bertamasya pada alam pikiran yang selalu menertawakan diriku sendiri, bukan mencemeeh orang lain. Karena dengan cara menggelikan diri sendiri, aku belajar tetap rendah hati.

Aku denganmu berkomitmen membangun titian demi menghubungkan dua daratan yang saling berlawanan. Para penghuni pulau itu keluar dari sarangnya: merayakan kegembiraan drama kosmik yang sebelumnya tak pernah mereka saksikan. Mereka menciptakan perahu-perahu yang belayar di atas sungkit kesadaran menuju medan-titik. Lantas aku terpekur sambil melukis kata-kata:

“… Aku adalah perahu. Engkau adalah sungai. Tanpamu, aku tak bermakna, bahkan dunia pun menggonjaknya…”

Percayalah. Di atas pentas kehidupan itu, aku bisa menemukan setelan tulen. Ya, para pecinta yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanku. Bukan para algojo yang kerap memujiku, walaupun sebenarnya membinasakanku diam-diam.  [Deden Ridwan]

Back to top button