Ferry Juliantono: Jika Pemerintah Abaikan Suara Rakyat, People Power Mungkin Terjadi
“Mereka bukan sekadar unionist dengan isu-isu normatif seperti dulu. Mereka sudah mulai berkumpul, rapat bareng mahasiswa memasuki isu-isu nasional yang selama ini hanya menjadi isu mahasiswa,”ujar Ferry dalam diskusi tersebut.
JERNIH—Ada ‘petir menggelegar’ manakala Perhimpunan Menemukan Kembali Indonesia (PMKI) mengumpulkan para aktivis pro-demokrasi sekaligus berbuka puasa bersama membahas situasi terkini. Pada pertemuan di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (27/4) sore itu, yang menjadi ‘Pangeran Thor Si Petir’ adalah aktivis Ferry Juliantono.
Berdasarkan pengamatannya, Ferry–salah seorang petinggi Partai Gerindra—mengatakan bahwa selepas Lebaran, bisa jadi gerakan buruh dan pekerja memenuhi berbagai jalanan negeri ini dengan jumlah yang bisa mencapai jutaan. Hal itu seiring kian mencekiknya harga-harga dan aneka problem kehidupan keseharian yang mereka jalani. Ferry bahkan memprediksi, jika pemerintah abai dalam mendengar suara rakyat maka Gerakan massa atau people power bisa saja terjadi.
“Semua kesulitan dan himpitan ekonomi saat ini, itulah yang bisa menyebabkan people power terjadi. Sekali lagi, bila penguasa tidak mendengar, menutup kuping terhadap suara rakyat, suara buruh, suara pekerja dan mahasiswa, civil society serta kalangan umat Islam,”kata Ferry.
Sebelumnya Ferry mengatakan, dalam tatanan kehidupan berbangsa saat ini, sangat terasa bahwa oligarki lebih berkuasa dibandingkan pemerintahan yang ada. Hal itu, menurut dia, sudah teridentifikasi kalangan mahasiswa, buruh, dan pekerja, dan disampaikan terbuka dalam berbagai aksi.
Berkaitan dengan isu-isu terdepan, Ferry melihat bahwa saat ini bukan hanya mahasiswa yang punya paradigma baru. Gerakan buruh dan pekerja telah pula punya paradigma baru. “Mereka bukan sekadar unionist dengan isu-isu normatif seperti dulu. Mereka sudah mulai berkumpul, rapat bareng mahasiswa memasuki isu-isu nasional yang selama ini hanya menjadi isu mahasiswa,”ujar Ferry dalam diskusi tersebut.
Dalam pertemuan tersebut hadir sejumlah tokoh aktivis tekemuka, antara lain Rocky Gerung, Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, Faisal Basri, Bursah Zarnubi, Teguh Santosa, Roy Suryo, Usmad Hamid, Zaim Saidi, Herdi Sahrasad, Antony Budiawan, Ariady Ahmad, Yusuf Blegur, Abdullah Rasyid, dan Chandra Tirtawijaya. [rls]