Pecinta Aspal: Ledakan dan Letusan
Memberikan tekanan angin ban yang tepat bisa membebaskan kita dari kecelakaan karena ban meletus.
Penulis: Priyanto M. Joyosukarto,
JERNIH-Kedua istilah di atas sama-sama melibatkan jebolnya wadah atau dinding pembatas tekanan (pressure boundary) karena tidak mampu menahan energi (dalam bentuk panas dan tekanan) yang tercipta baik secara perlahan bertahap atau mendadak di dalam suatu wadah.
Bila peristiwa itu terjadi pada wadah keras/besar dengan kekuatan tinggi disebut “ledakan”, sebaliknya pada wadah empuk/elastis/kecil dengan kekuatan rendah disebut “letusan”.
Ledakan bom, ledakan pembangkit nuklir, ledakan tangki, letusan balon dan letusan ban, dll. itu beberapa contohnya. Letusan mercon, letusan ban mobil, dll. Itu contohnya.
Terciptanya alam semesta kita dihipotesiskan juga melalui mekanisme ledakan/dentuman besar, “big bang”, sebelum detik pertama waktu dunia dimulai 13 milyar tahun lalu (bumi kita terbentuk empat milyar tahun lalu sebagai salah satu akibat dari “big bang”).
Bukti-bukti sisa ledakan itu sudah ditemukan keberadaannya.
Mahasiswa yang sudah ikut kuliah dari saya tentang Keselamatan Kerja/Keselamatan Industri/Sekuriti Industri/Budaya Keselamatan/Perancangan Bejana Proses (Tekan) pasti sudah paham cerita di atas, juga murid-murid karate dan anggota KOMNASTOL karena keselamatan mereka terkait dengan tekanan.
Di pabrik, ledakan ini mewakili kecelakaan nomer dua paling sering terjadi setelah kebakaran, sementara di jalanan, letusan ban ini mewakili penyebab kecelakaan nomer dua paling sering setelah ngantuk.
Meski ban yang meletus, sebenarnya itu bisa dirunut penyebab awalnya dari kesalahan manusia (human error): Mengapa tidak diperiksa tekanan anginnya (lebih atau kurang); Mengapa ban yang sudah aus/gundul/sobek/mlendung tidak diganti; Mengapa sudah tahu bannya bermasalah kok nekad berkendara, dll.? Itulah human error.
baca juga: Membedakan ‘Salah’ dan ‘Bohong’
Saya sangat ketat untuk urusan tekanan angin ban ini. Sebelum saya mulai menjalankan mobil, saya pasti memeriksa tekanan ban (secara visual dan dengan pukulan ringan), meski mobil barusan saya parkir lima menit sekalipun.
Sekalian mengelillingi bodi mobil untuk memeriksa keadaan sekitar. Maksudnya, siapa tahu bannya kempes/dikempesin orang jahat, disebarin paku di sekitar, dsb. Pompa angin elektrik selalu tersedia di dalam mobil saya. Tenang duluan.
Banyak orang abai tekanan ban ini, khususnya para wanita. Akibatnya mereka berkendara dengan ban yang tak laik, over/under pressure yang berujung maut: ban meletus pada saat mobil melaju kencang.
Bila yang meletus ban belakang, asal anda calm (ingat pelajaran Bushido!) maka kemungkinan anda bisa selamat bebas kecelakaan (ini pengalaman saya tahun 1999 ban belakang meletus pada laju 100 kmph).
Tapi bila ban depan yang meletus, kecil kemungkinan anda bisa selamat karena mobil anda menjadi tidak terkendali: oleng nabrak obyek di kanan/kiri/depan atau terbalik dan terguling-guling memicu kecelakaan berikutnya. Teman saya pernah mengalami pecah ban kanan depan. Mobilnya terbalik. Ia cedera parah.
Pastikan semua ban, khususnya ban depan anda masih bagus dan tekanannya pas sesuai bebannya.
Jangan pelit keluar uang, waktu, dan tenaga utk memeriksa ban karena taruhannya adalah properti anda dan nyawa anda sekeluarga.
Jangan pernah bosan mengingatkan itu kepada anggota keluarga anda, kolega anda, atau siapa saja demi keselamatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Terima kasih.
Tulisan ini untuk merespon kecelakaan yang menewaskan seorang pengendara wanita di Toll JORR kemarin yang dipicu oleh ban meletus.
Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor; Kyokushin Karateka 4-th Dan/IKOK Reg. No. 73.236 (1989)/M-TSA Inspirator & Motivator/Road Traffic Observer.