Perempuan Afghanistan Melawan Taliban Lewat Perpustakaan
- Perpustakaan berisi 1.000 buku, sumbangan para guru, seniman, penulis, dan penyair.
- Perpustakaan diharapkan menjadi oasis bagi perempuan putus sekolah dan tak bekerja.
JERNIH — Aktivis perempuan Afghanistan, Rabu 24 Agustus, membuka perpustakaan di sebuah mal di Kabul dengan harapan memberi oasis bagi perempuan yang terputus dari pendidikan dan kehidupan publik.
“Kami membuka perpustakaan dengan dua tujuan. Pertama, untuk perempuan putus sekolah melanjutkan belajar. Kedua, untuk wanita yang kehilangan pekerjaan,” kata Zhulla Parsi, salah satu pendiri perpustakaan.
Sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, Taliban menerapkan kebijakan lama. Bahwa, perempuan tidak boleh meninggalkan rumah tanpa kerabat laki-laki, dan harus menutupi wajah. Beberapa perempuan di Kabul mengabaikan aturan itu.
Sebagian besar sekolah menengah untuk perempuan ditutup setelah Taliban berkuasa. Taliban sempat membuka sekolah itu kembali, tapi menutupnya lagi.
Perpustakaan berisi lebih 1.000 buku, termasuk novel, komik, non fiksi, ekonomi, dan sains. Buku-buku ini disumbangkan para guru, penyair, dan penulis, ke Crystal Bayat Foundation — sebuah organisasi hak-hak perempuan Afghanistan yang membantu mendirikan perpustakaan.
Beberapa aktivis perempuan yang ikut unjuk rasa dalam beberapa bulan terakhir turut membantu pendirian perpustakaan. Mereka berharap perpustakaan dikunjungi perempuan yang bekerja di sejumlah katering di mal itu.
Taliban mengatakan menghormati hak-hak perempuan sesuai interpretasi mereka terhadap hukum Islam. Kini, perempuan Afghanistan nyaris hilang dari jalan-jalan ibu kota, dan kota-kota lain.
“Mereka tidak bisa memusnahkan kami dari masyarakat,” kata Mahjoba Habibi, pembela hak-hak perempuan. “Jika mereka memusnahkan kami dari satu bidang, kami akan melanjutkan di bidang lain.”