Solilokui

Anugerah dan Kerentanan

Bila bangsa ini masih miskin, senjang dan terbelakang, penyebabnya lebih karena penduduk negeri kurang bersyukur, kurang bertanggung jawab untuk mengolah segala potensi terberikan dengan budidaya etika kerja, kreativitas dan inovasi bagi kemakmuran, kemajuan dan kebahagiaan hidup bersama.

Oleh   : Yudi Latif

JERNIH– Saudaraku, membaca ulang buku-buku ekologi, geologi dan geografi Indonesia membuatku terperangah bertubi-tubi.

Kepulauan Indonesia hanya meliputi 1,3 persen dari keseluruhan permukaan bumi tapi mengandung 10 persen dari total spesies dunia; tempat hidup 10 persen tanaman bunga, 12 persen mamalia, 16 persen reptil dan amfibi, 17 persen burung dan lebih dari 25 spesies ikan laut dan tawar dunia.

Indonesia juga memiliki banyak keistimewaan sehingga kerap disebut sebagai negara yang “paling”–dalam berbagai dimensi (paling kompleks, paling beraneka hayatinya, paling ragam kekayaan mineralnya, paling volkanik dan tektonik, paling khas sebagai kawasan monsoon, paling unik dalam sebaran zoologi, paling cantik keindahan alamnya, paling menarik perhatian bagi studi geografi, geologi dan geofisik, juga bagi studi antropologi, dan sejumlah paling lainnya).

Apa yang diciptakan Tuhan di negeri ini sangat istimewa dan berlimpah–dengan segala kerentanannya sebagai negeri di irisan berbagai lempengan tektonik. Masalahnya, apa yang diciptakan oleh manusianya sungguh jauh dari kata sepadan.

Bila bangsa ini masih miskin, senjang dan terbelakang, penyebabnya lebih karena penduduk negeri kurang bersyukur, kurang bertanggung jawab untuk mengolah segala potensi terberikan dengan budidaya etika kerja, kreativitas dan inovasi bagi kemakmuran, kemajuan dan kebahagiaan hidup bersama. [  ]

Back to top button