Lelucon Apokripa dan Kontroversi Uncle Tom’s Cabin
Seperti kebanyakan sejarawan, Robert McNamara — dalam Did Uncle Tom’s Cabin Help to Start the Civil War? yang dipublikasikan situs thoughtco.com, April 2019 — mengutip kisah pertemuan Presiden Abraham Lincoln dengan Harriet Beecher Stowe, penulis novel Uncle Tom’s Cabin, untuk memulai tulisannya.
“Inikah perempuan kecil yang menyebabkan perang besar,” ujar Presiden Lincoln seperti ditulis, dan dipercaya banyak pengagum Stowe, dan ditulis McNamara.
Namuan civilwaronthewesternborder.org menulis; “Menurut legenda, Lincoln mengatakan kepada Stowe; “Jadi, Anda perempuan kecil yang menulis buku pemicu perang besar.”
McNamara tidak perlu berpanjang-panjang, dan mengutip banyak pakar sejarah dan sastra, untuk tidak percaya Lincoln pernah mengucapkan kalimat itu kepada Stowe.
Daniel R Vollaro, dalam Lincoln, Stowe, and the “Little Woman/Great War” Story: The Making, and Breaking, of a Great American Anecdote, menelusur ke banyak sumber dan mempelajari tradisi anekdot AS untuk sampai pada kesimpulan kalimat Lincoln kepada Stowe adalah lelucon apokripa, atau lelucon yang ditolak.
Menurut Vollaro, memorable words Lincoln itu adalah fakta sejarah tak memenuhi syarat, karena muncul hanya dari pihak Stowe. Hampir semua buku biografi Lincoln, yang ditulis banyak orang, tidak pernah menuliskan kalimat itu.
Pernyataan Lincoln, yang katanya disampaikan pada pertemuan 2 Desember 1862, tidak pernah tertera di media cetak. Kalimat itu muncul tahun 1896, atau 34 tahun setelah pertemuan itu, dalam buku biografi Stowe karya Annie Fields. Biografi itu ditulis dua tahun setelah Stowe meninggal dunia.
Stowe tidak pernah menuliskan pertemuannya dengan Lincoln. Charles, putra Stowe, menulis versi yang berbeda dari kalimat Lincoln dan suasana pertemuan. Namun, itu pula yang membuat Uncle Tom’s Cabin menjadi perdebatan sepanjang abad.
Laris Manis
Uncle Tom’s Cabin terbit tahun 1852 dalam dua buku. Pada pekan pertama setelah dilempar ke pasar, buku terjual 10 ribu copy di AS, dan 300 ribu pada tahun pertama.
Di Inggris, buku terjual 1,5 juta copy dalam satu tahun. Serikat penerbitan AS mencatat, Uncle Tom’s Cabin menajdi satu-satunya buku paling laris, mengalahkan Alkitab.
Lebih 160 tahun setelah diterbitkan, Uncle Tom’s Cabin diterjemahkan ke dalam 70 bahasa dan beredar di seluruh dunia.
Pertanyaannya, apakah novel bernuansa politik dan moral itu bertanggung jawab atas pecahnya Perang Sipil?
Uncle Tom’s Cabin hanya satu dari banyak peristiwa di tahun 1850-an, yang menempatkan AS di jalur menuju Perang Sipil. Jadi, novel itu sama sekali bukan pemicu perang.
Namun, menurut Robert McNamara, karya fiksi terkenal itu mengubah sikap masyarakat tentang institusi perbudakan. Hanya itu. Opini masyarakat AS tentang perbudakan juga tidak dibentuk oleh novel itu.
Perubahan dalam opini publik menyebar sejak adal 1850-an, dan melahirkan gagasan abolisionis ke arus utama kehidupan AS. Partai Republik, yang dibentuk pertengahan 1850, menentang penyebaran perbudakan dan mendapat banyak pendukung.
Jasa besar Uncle Tom’s Cabin mungkin terbatas pada sukses Partai Republik memenangkan Lincoln dalam pemilu presiden. Sosok Paman Tom, yang menebus kemerdekaan dirinya dengan nyawa demi menyelamatkan budak lain yang melarikan diri, menggugah kesadaran publik di utara AS utnuk sepenuhnya mendukung gagasan penghapusan budak yang dikampanyekan Lincoln.
Dari Pamflet ke Novel
Kampanye penghapusan budak dimulai tahun 1935. Saat itu pers abolisionis bermunculan, kendati dicap kalangan pro-perbudakan sebagai kaum ekstremis.
Tappan Brothers, pengusahan dan abolisionis terkemuka asal New York, membiayai penerbitan pamflet anti-perbudakan. Ia mendapat perlawanan sengit di Carolina Selatan. Seluruh pamfletnya dicopot dan dibakar.
William Lloyd Garrison, abolisionis terkemuka, membakar salinan Konstitusi AS yang dianggap mengijinkan perbudakan. Alih-alih mendapat dukungan, Garrison justru dianggap melakukan tindakan berbahaya.
Stowe melakukannya dengan cara lain. Ia menghimpun banyak kisah pelarian budak ke Kanada, mengikuti kisah-kisah penjualan budak, dan perlakukan para tuan terhadap budak-budak kulit hitam, lalu menuliskannya dalam bentuk fiksi.
Karakter dalam Uncle Tom’s Cabin, kulit hitam dan putih, digambarkan sedemikian menarik. Ada tuan putih yang sangat baik, dan sebaliknya. Serta penduduk kulit putih yang membantu pelarian budak.
Yang juga menarik adalah Stowe menggambarkan perbudakan sebagai bisnis. Pembelian dan penjualan yang mengubah perjalanan hidup seseorang, memisahkan anak-anak dan keluarga, dan sekian pasang kekasih.
Stowe secara sadar menyampaikan pesan politik. Salah satunya ketika dia terkejut dalan UU Budak Pelarian, yang disahkan sebagai bagian Kompromi 1850. Ia juga secara tegas menjelaskan semua orang AS; dari wilayah Selatan dan Utara, bertanggung jawab atas institusi perbudakan.
Jika ada alasan mengapa Uncle Tom’s Cabin begitu populer adalah seluruh karakter dalam novel tampak nyata. Stowe bisa saja mengklaim sosok Paman Tom tidak berdasarkan orang teretntu, tapi dia mendokumentasikan banyak fakta dalam novel itu.
Ini diperkuat dengan munculnya The Key of Uncle Tom’s Cabin, yang menampilkan latar faktual di balik narasi fiksi. Buku ini menyusun kesaksian budak-budak yang berhasil melarikan diri.
Tradisi Membaca Masyarakat AS
Alasan lain yang membuat Uncle Tom’s Cabin populer adalah tradisi membaca masyarakat AS yang unik. Malam hari, sebelum setiap anggota keluarga masuk kamar masing-masing dan tidur, semua berkumpul di ruang keluarga. Salah satu dari mereka membaca novel dalam bahasa berirama dan keras-keras.
Itu terjadi di seluruh keluarga kelas menengah perkotaan di AS. Akibatnya, masalah perbudakan bertransformasi dari sesuatu yang abstrak menjadi sangat pribadi dan emosional.
Di Utara, transformasi berjalan cepat dan menjadi kekuatan politik bagi Partai Republik dan kaum abolisionis. Di Selatan, pesan Stowe sampai ke anak-anak para pekebun, yang membuat orang tua mereka melaukan perlawanan terhadap penulis.
Stowe membantu Lincoln memenangkan pemilihan presiden. Negara-negara bagian yang mendukung perbudakan memisahkan diri, dan Perang Sipil tak terhindarkan.
Pada 1 Januari 1963, beberapa pekan setelah bertemu Lincoln, Stowe menghadiri konser di Boston untuk merayakan Proklamasi Emansipasi. Kerumunan abolisionis menerikan namanya, dan Stowe — yang duduk di atas balkon — berdiri dan melambaikan tangan.
Kerumunan abolisionis malam itu percaya Harriet Beecher Stowe, lewat Uncle Tom’s Cabin, memicu Perang Sipil untuk mengakhiri perbudakan.