Teori Terakhir Stephen Hawking: Alam Semesta Itu Dirancang
- Stephen Hawking menggugat karya besarnya sendiri, yaitu A Brief History of Time.
- Menurutnya, buku itu ditulis dari perspektif yang salah. Bersama Thomas Hertog, Hawking mengemukakan teori terakhir.
JERNIH — Akhir 1990-an, Thomas Hertog — saat itu berstatus peneliti muda Belgia — memenuhi panggilan Stephen Hawking berkunjung kantor sang fisikawan besar. Sejak saat itu keduanya berkolaborasi.
“Sesuatu ‘ngeklik’ di antara kita,” kenang Hertog.
Hubungan Hawking-Hertog berlanjut. Ketika penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) merampas kemampuan Hawking berkomunikasi, keduanya masih berkolaborasi. Bahkan keduanya menyelesaikan teori baru yang bertujuan mengubah cara sains memandang alam semesta.
Teori itu, yang akan menjadi teori terakhir Stephen Hawking sebelum kematiannya tahun 2018, dipaparkan secara lengkap kali pertama dalam Origin of Time — buku karya Thomas Hertog — yang diterbitkan di Inggris bulan lalu.
Dalam wawancara dengan AFP, Hertog — dikenal sebagai ahli kosmologi — bercerita panjang tentang kolaborasi 20 tahun dengan Hawking, bagaimana mereka berkomunikasi melalui ekspresi wajah, dan mengapa Hawking memutuskan bahwa A Brief History of Time — buku bersejarah yang diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa — ditulis dari perspektif yang salah.
Alam Semesta Dirancang
Dalam pertemuan pertamanya dengan Hertog di Universitas Cambridge tahun 1998, Hawking mengemukakan masalah yang mengganggunya.
“Alam semesta yang kita amati tampaknya dirancang,” kata Hawking kepada Hertog, yang berkomunikasi melalui clicker terhubung ke mesin ucapan.
Hertog menjelaskan hukum fisika — aturan yang menjalankan alam semesta — ternyata sempurna agar alam semesta dapat dihuni dan kehidupan menjadi mungkin.
Untaian keberuntungan yang luar biasa ini membentang dari keseimbangan halus, yang memungkinkan atom membentuk molekul yang diperlukan untuk kimia hingga perluasan alam semesta, yang memungkinkan struktur kosmik yang luas seperti galaksi.
“Salah satu jawaban ‘trendi’ untuk masalah ini adalah multiverse, sebuah ide yang baru-baru ini menjadi populer di industri film,” kata Hertog.
Teori multiverse menjelaskan sifat alam semesta yang tampaknya dirancang dengan menjadikannya hanya salah satu dari banyak lainnya, yang sebagian besar adalah omong kosong, tak bernyawa, dan steril, kata Hertog yang kini berusia 47 tahun.
Namun Hawking menyadari lumpur besar paradoks multiverse membawa kita ke dalamnya, dengan alasan harus ada penjelasan lebih baik.
Perspektif Luar
Beberapa tahun setelah berkolaborasi, Hertog dan Hawking mulai menyadari bahwa mereka kehilangan sesuatu yang mendasar. Multiverse, bahkan A Brief History of Time, adalah upaya menggambarkan penciptaan dan evolusi alam semesta dari apa yang disebut Hawking sebagai perspektif mata Tuhan.
“Tetapi karena kita berada di dalam alam semesta dan bukan melihat ke luar, teori kita tidak dapat dipisahkan dari perspektif kita,” kata Hertog, menirukan Hawking.
Itulah sebabnya, masih menurut Hertog, Hawking mengatakan A Brief History of Time ditulis dari sudut pandang yang salah.
Selama 15 tahun Hertog dan Hawking menggunakan keanehan teori kuantum untuk mengembangkan teori fisika dan kosmologi baru dari perspektif pengamat.
Namun tahun 2008 Hawking kehilangan kemampuan menggunakan clicker-nya, dan menjadi sedemikian terisolasi dari dunia luar.
“Saya pikir ini sudah berakhir,” kata Hertog.
Kemudian keduanya mengembangkan tingkat komunikasi non-verbal yang agak ajaib, yang memungkinkan mereka terus bekerja. Hertog berada di depan Hawking, mengajukan pertanyaan, dan menatap mata Hawking.
“Hawking memiliki rentang ekspresi wajah yang sangat luas, mulai dari ketidak-setujuan yang ekstrem hingga kegembiraan yang ekstrem,” kata Hertog.
“Tidak mungkin menguraikan bagianmana teori terakhir yang berasal dari saya dan Hawking,” lanjut Hertog, seraya menambahkan bahwa banyak ide telah dikembangkan selama bertahun-tahun.
Proses Evolusioner Satu Besar
Teori terakhir Hawking, tentu saja bersama Hertog, terfokus pada apa yang terjadi pada saat saat pertama setelah Big Bang.
Alih-alih ledakan mengikuti seperangkat aturan yang sudah ada sebelumnya, keduanya mengusulkan hukum fisika berkembang bersama alam semesta.
Artinya, jika Anda memutar mundur waktu cukup jauh, hukum fisika itu mulai disederhanakan dan menghilang . “Akhirnya, dimensi waktu menguap,” kata Hertog.
Di bawah teori ini, hukum fisika dan waktu berevolusi dengan cara yang menyerupai evolusi biologis. Itulah alasan mengapa Hertog memberi judul Origin of Time, yang dipengaruhi teori Darwin dalam On the Origin of Species.
“Pada dasarnya yang kami katakan adalah biologi dan fisika adalah dua tingkat dari satu proses evolusi besar,” kata Hertog.
Hertog mengakui sulit membuktikan teori ini karena tahun-tahun pertama alam semesta tetap tersembunyi dalam kabut Big Bang. Namun cara mengangkat tabir ini, yaitu dengan mempelajari gelombang gravitasi, riak dalam jalinan waktu, atau melalui hologram kuantum yang dibangun di komputer kuantum.