Aksi Bakar Alquran Terjadi Lagi, Warga Swedia Marah dan Melempari Pelaku dengan Batu
- Aksi terjadi di Malmo, kota paling multietnis di Swedia. Alih-alih mendapat dukungan, pelaku aksi justru dilempari batu.
- Aksi pelemparan batu melibatkan seratus orang, yang membuat polisi melakukan penangkapan.
JERNIH — Salwan Momika, pengungsi Irak, Minggu 3 Agustus menggelar aksi bakar Alquran lagi di Malmo, Swedia, tapi kali ini warga melemparinya dengan batu yang memaksa polisi menangkap lebih sepuluh orang.
Aksi digelar di alun-alun Malmo, kota yang menampung banyak populasi migran. Semula aksi berlangsung biasa saja, dan polisi tak bertindak.
“Setelah Momika mengeluarkan Alquran dan membakarnya, warga yang berada di lokasi marah dan mengamuk,” kata polisi dalam pernyataan resminya. “Suasana sedemikian kacau. Protes atas aksi itu disertai kekerasan.”
Aksi itu berakhir setelah Momika dan rekan-rekannya pergi, tapi sekelompok orang mengikuti mereka. Polisi bertindak dengan menangkap sepuluh orang yang berada di lokasi. Dua lainnya ditangkap karena dicurigai terlibat dalam kerusuhan.
Pers lokal melaporkan penonton aksi bakar Alquran melempari Salwan Momika dengan batu. Momika tak leluasa menjalankan aksinya. Ia justru sibuk menghindari hujan batu penonton.
Situs aftonbladet.se melaporkan sekitar seratus orang berkumpul ketika Momika mulai melakukan aksinya. Beberapa di antara penonton berteriak, dan lainnya mengabadikan aksi dengan ponsel.
Jauh dari lokasi bakar Alquran, kepolisian Malmo dibuat sibuk aksi pembakaran sejumlah mobil. Situs berlingske.dk memberitakan sebelum kebakaran, terjadi aksi lempar batu ke arah mobil polisi dan pengendara sepeda.
“Pelemparan batu secara sporadis saat kami tiba di tempat kejadian,” kata juru bicara Patric Fors kepada kantor berita TT dan Stasiun Televisi SVT. “Ada sekitar 30 orang di lokasi kebakaran.”
Belum ada penyataan resmi bahwa aksi pembakaran itu terkait dengan pembakaran Alquran. Polisi, yang melepas drone setelah aksi bakar Alquran, juga belum mengeluarkan pernyataan resmi.
Akhir Juli lalu, Momika dan Salwan Naja — juga pengungsi asal Irak — melakukan aksi serupa di Stockholm. Keduanya menginjak Alquran sebelum membakarnya.
Negara-negara berpenduduk Muslim marah dan menyebabkan ketegangan diplomatik antara Swedia dan negara-negara Timur Tengah.
Pemerintah Swedia mengutuk penodaan Alquran tapi mengatakan Konstitusi melindungi hak berkumpul dan kebebasan berekspresi. Akibatnya, pengunjuk rasa menyerang Kedubes Swedia di Baghdad dua kali, yang memicu kebakaran misi diplomatik itu.
Swedia merasa terancam aksi balas teror balas dendam, yang membuat pihak keamanan memperkuat kontrol perbatasan. Kini, Swedia mulai mempertimbangkan cara-cara hukum untuk menghindari orang membakar kitab suci agama apa pun melakukannya lagi.
Di sisi lain, jajak pendapat terbaru menunjukan mayoritas warga Swedia menginginkan tindakan keras terhadap pelaku penodaan agama.