Dicari…….! Maher al-Assad Si Raja Narkoba Suriah
- Maher al-Assad memproduksi coptagon, narkoba berbentuk pil, dan memasarkannya ke negara-negar Timur Tengah lewat perbatasan Yordania-Suriah.
- Penghasilan dari bisnis haram ini untuk menggaji tentara Suriah, membayar Hizbullah, dan memanjakan jenderal-jenderal.
JERNIH — Kabar terakhir tentang Maher al-Assad, saudara Bashar al-Assad yang berjuluk Raja Narkoba Suriah, berada di kota pesisir Qardaha saat koalisi pemberontak pimpinan Hayat Tahrir as-Sham (HTS) memasuki Damaskus pada 8 Desember. Setelah itu, Maher al-Assad seolah lenyap.
Maheer al-Assad adalah adik Bashar al-Assad. Ia memimpin Divisi Keempat Tentara Nasional Suriah, yang disebut sebagai Divisi Coptagon.
Coptagon mengacu pada obat bius yang diproduksi Maher al-Assad, dan menjadi ekspor nomor satu Suriah selama rezim al-Assad berkuasa. Coptagon memiliki banyak nama lain. Ada yang menyebut The Islamic State’s chemical courage, atau keberanian kimiawi ISIS, lainnya bilang poor man’s cocaine atau kokain orang miskin.
Situs Israel ynetnews.com mengatakan obat perangsang ini beredar di kalangan serdadu Hamas, Hizbullah, dan para pejuang. Artinya, Coptabon — seperti sabu-sabu di Indonesia — adalah narkoba perang.
Maher al-Assad memproduksi dan memasarkan Coptagon ke banyak negara, menghasilkan lima miliar dolar AS per tahun (Rp 79 triliun) per tahun, untuk membiayai tentara Suriah dan membayar serdadu Hizbullah yang melindungi kekuasaan Bashar al-Assad.
Saat ekonomi Suriah runtuh akibat Perang Saudara 2011, Coptagon menopang keuangan rezim. Lingkup operasi Maher al-Assad menyamai kartel besar di Meksiko dan Amerika Slatan.
Maher memasarkan coptagon ke berbagai negara Arab, dan lebih jauh lagi. Perbatasan Suriah-Lebanon yang membentang 375 kilometer adalah akses ke luar coptagon ke pasar-pasar di Timur Tengah.
Selama bertahun-tahun Yordania berusaha menggagalkan penyeluduan coptagon dari Suriah. Jet tempur Suriah kerap menargetkan fasilitas gudang coptagon di dekat perbatasan, khususnya di Propinsi Sueida.
Al Jazeera melaporkan awal tahun ini Maher memproduksi 80 persen pasokan coptagon dunia. Yordania sukses menggagalkan 5 juta pil narkoba itu sepanjang 2022.
Terakhir, Yordania mengebom rumah-rumah penduduk di Urman, Sueida, menyebabkan sepuluh orang tewas. Alih-alih menyalahkan Yordania, penduduk menggelar aksi protes terhadap rezim al-Assad yang memaksa penduduk mengubah mereka menjadi gudang coptagon.
Seorang penduduk membawa spanduk bertuliskan; “Assad, Pengedar Coptagon ada di Istanamu.” Belakangan, serangan udara Yordania diarahkan ke Malah, yang juga menjadi konsentrasi aksi penyelundupan.
Qardaha
Kini, produksi dan penyelundupan coptagon mungkin terhenti. Fokus kebanyakan orang di Suriah tertuju pada pertanyaan di mana Maher al-Assad.
Laporan Syrian Observatory for Arabic menyebutkan Maher berada di Qardaha, kampung halaman Keluarga al-Assad. Di tempat ini terdapat musoleum Hafez al-Assad — ayah Bashar dan Maher.
Selama bertahun-tahun Qardaha kebanjiran peziarah ke Musoleum Hafez al-Assad, karena setiap anak laki-laki pemeluk Alawites bersedia berkoban nyawa untuk Keluarga al-Assad.
Spekulasi di Suriah menyebutkan Maher kemungkinan sedang bersiap melarikan diri ke luar Suriah dari Bandara Khmeimim. Tujuan pelarian tak diketahui. Bukan tidak mungkin dia akan lari ke Iran atau berkumpul bersama Bashar al-Assad di Rusia
Di Qardaha, Keluarga al-Assad masih memiliki pendukung setia. Beberapa jam setelah rezim Bashar al-Assad terguling, Reuters mewawancarai sejumlah penduduk di wilayah inti Alawites di Qardaha, dan jawaban mereka luar biasa.
Mohsen, seorang penduduk Qardaha, mengatakan; “Bagaimana mungkin tentara Suriah menyerah tanpa memanggil pasukan cadangan dari basis pendukung inti.”
Jika Maher masih di Suriah, sang Raja Narkoba dan komandan Divisi Coptagon itu kemungkinan berada di antara pemeluk Alawites dan terlindung sedemikian rupa. Bagi Alawites, Keluarga Assad bukan sekedar panutan tapi sesembahan.
Pertanyaannya, mungkinkah koalisi pemberontak menemukan Maher al-Assad — elemen terakhir Dinasti al-Assad? Itulah yang sedang ditunggu banyak negara Timur Tengah.