Politisi Sayap Kanan Jean-Marie Le Pen Meninggal: Prancis Berduka, Prancis Berpesta
- Politisi sayap kiri menjadi serba salah. Menyampaikan pernyataan duka atau tidak akan dikecam.
- Di level bawah, pendukung sayap kanan dan masyarakat imigran bersuka cita atas kematian Le Pen.
JERNIH — Jika ada politisi sayap kanan pascaperang yang membelah Prancis, mungkin hanya Jean-Marie Le Pen. Ini terlihat saat ayah Marie Le Pen itu meninggal, Selasa 7 Januari, Prancis terbelah; sebagian berduka, lainnya bersuka ria.
Le Pen, salah satu pendiri Front Nasional (FN), meninggal pada usia 96 tahun. Kepresidenan Prancis mengatakan Le Pen meninggalkan warisan yang akan dinilai sejarah.
Kelompok sayap kanan memuji kontribusinya terhadap politik. Kelompok kiri menyebutnya Le Pen seorang fasis.
Beberapa jam setelah kematiannya diumumkan, ratusan orang turun ke jalan seluruh kota di Prancis untuk merayakan kepergian sang politisi ke alam baqa. Orang-orang itu bernyanyi, menyalakan kembang api, dan bersulang sampanye.
Di Place de la Republique di pusat kota Paris, penentang Le Pen berkumpul untuk menyaksikan apero raksasa sambil mengacungkan plakat bertuliskan ‘rasis kotor itu sudah mati’. Ada lagi plakat berbunyi; ‘hari yang indah’.
Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Retailleau menulis di X; “Tidak ada sama sekali yang membenarkan menari di atas mayat. Kematian seseorang, bahkan jika dia adalah lawan politik, seharusnya menginspirasi pengendalian diri dan martabat.”
Menteri Pertahanan Sebasien Lecormu mengatakan kepada Radio Europe 1; “Perjuangan politik adalah untuk mereka yang masih hidup. Jadi, kita harus melanjutkan dengan mereka yang masih hidup, dan tetap menghormati mereka yang telah meninggal. Ini masalah martabat.”
Di Lyon, tujuh orang ditangkap setelah unjuk rasa kelompok sayap kiri dengan membakar tempat sampah dan melempar proyektil ke polisi. Namun pemimpin sayap kiri France Unbowed (LFI) di parlemen; Mathilde Panot, mengatakan demo merayakan kematian Le Pen mencerminkan seangat Charlie.
Kematian Le Pen bertepatan dengan peringatan 10 tahun Pembantaian di kantor surat satire Charlie Hebdo oleh radikal Islam. Serangan itu memicu perdebatan sengit tentang kebebasan berekspresi dan beragama.
“Pemain sayap kanan itu musuh Republik,” kata Panot kepaa RTL.
Serba Salah
Jarome Guedj, anggota parlemen dari Partai Sosialis, mengatakan kepada Public Senat TV; “Saya merasa salah jika bersukacita atas kemtian seseorang, tapi saya juga merasa salah jika menutupi karier Le Pen.”
Dalam penghormatannya, PM Prancis Francois Bayrou mengatakan di X; “Le Pen adalah seorang pejuang dan tokoh kehidupan politik Prancis.”
Komentar Bayrou menimbulkan kemarahan kelompok sayap kiri. Menurut Manon Aubry, anggota parlemen LFI di Parlemen Eropa, Le Pen terkenal rasis dan anti-Semit.
“Le Pen bukan sekedar tokoh kehidupan politik seperti yang dikatakan Bayrou. Penghormatan terhadap Le Pen tidak boleh menyebabkan kebutaan terhadap kariernya.”
Le Pen akan dimakamkan Sabtu 11 Januari di Le Trinite-sur-Mer di Brittany, tempat kelahirannya. Tidak ada kabar siapa yang akan hadir pada pemakaman itu, yang pasti bukan masyarakat imigran dan kelompok sayap kanan.
Marine Le Pen, yang mewariskan semangat politiknya, menyebut sang ayah sebagai pejuang. Ia mengatakan banyak orang berduka atas kematiannya.
“Orang-orang yang mencintainya berduka atas kematiannya,” kata Marine Le Pen di X.
Publik sepak bola Prancis juga belum lupa dengan pernyataan Le Pen yang menyebut tim nasional negeri itu tidak mencerminkan Prancis. Maklum, timnas sepak bola Prancis tidak lagi didominasi orang Prancis, tapi dipenuhi pemain imigran berkulit hitam.