1 Oktober, Hari Lahir Compact Disc
WWW.JERNIH.CO – Anak-anak generasi milenial masih terlalu bocah ketika menikmati lagu atau film yang diputar lewat piringan kompak alias compact disc. Compac disc (CD) kini tinggal kenangan, kecuali Anda yang masih setia memutar musik lagu-lagu nostalgia menggunakan CD player. Kini seluruh format data apapun jenisnya sudah jarang sekali disimpan di dalam CD yang memiliki keterbatasan ruang simpan.
Bahkan kalaupun masih ada yang menyimpan video, foto atau teks di CD banya yang sudah memindahkan (atau paling tidak menggandakan) ke ruang simpan kompak yang kapasitasnya bisa mencapai gigabyte maupun terabyte. Atau menggunakan cloud storage.
Tahukah Anda, pada awalnya CD dibuat hanya untuk menjadi platform baru pemutar audio (musik). Dengan teknologi digital, kualitas audio jadi semakin baik dibandingkan teknologi analog pita pada kaset. Proses pengenalan CD sebagai platform baru pemutar musik sebenarnya sudah dilakukan sejak akhir tahun 70-an.
Adalah Sony bersama Philips penggangas platform baru ini. Perusahaan Jepang dan Belanda ini berkolaborasi dengan mengirimkan insinyur terbaiknya. Sony ada Toshitada Doi, sedangkan Philips mewakilkan Kees Schouhamer Immink. Dalam tempo setahun (1979 – 1980) kedua perusahaan ini berhasil menciptakan CD-DA standar yang disiapkan untuk musik.
Sementara istilah “compact disc” pertama kalinya digagas oleh Philips. Hal ini mengacu pada produk yang mereka buat selama ini yaitu compact cassette. Seperti kita tahu, Philips adalah salah satu produsen kaset ternama di samping ada nama besar seperti BASF.
Pembagian tugas dua raksasa elektronik ini akhirnya menghasilkan dua metode. Philips menyumbangkan metode modulasi dengan 8 – 14 modulasi. Sedangkan Sony menyiapkan koreksi kesalahan serta faktor lain seperti antigores dan cacat produk. Harap maklum, dengan dimensi diameter 12 cm, di mana sebagian data ditanam di dalam piringan, sangat riskan jika terjadi goresan mengakibatkan kerusakan data.
Penyempurnaan pun terus dilakukan. Sampai kemudian CD yang masih dalam pilot project dikenalkan oleh stasiun televisi BBC pada 1981. Di saat berbarengan dengan salah satu album Bee Gees bertajuk Living Eyes. Album dengan 10 tembang berdurasi 46 menit inilah yang disebut sebagai proyek percobaan penggunaan CD musik.
Sayang, karena baru sebatas pilot project album ini belum dijual massal dalam format CD. Baru setahun kemudian tembang seorang pianis Chili bernama Claudio Arrau yang dijual secara komersial. Album ini dirilis pada 17 Agustus 1982.
Sukses mengemas CD komersial, tak sampai dua bulan Sony pun merilis sebanyak 50 titel album di mana salah satunya karya Billy Joel, yaitu album 52nd Street yang dirilis ulang pada 1 Oktober 1982. Inilah tanggal yang kemudian disebut sebagai hari lahir compact disc.
Pada tanggal 1 Oktober pula, untuk pertama kalinya pemutar CD atau CD player yang masih dalam format dek dirilis. Pembuatnya Sony yang menampilkan sero CDC-101. Harganya masih terbilang mahal, sebesar 730 dolar. Sedangkan sebuah CD juga amat mahal, satu album dijual 30 dolar. Jauh di atas harga kaset.
Namun pasar Eropa dan Jepang cukup antusias dengan produk baru ini. Sedangkan pasar Amerika baru memperolehnya setahun kemudian pada 1983.
Sony terus mengembangkan produk player-nya. Kebetulan Sony memiliki pengalaman membuat Walkman yang sangat sukses di pasar. Dan, kala itu, Walkman juga masih jadi idola bagi remaja.
Setelah merilis CD player dalam format dek, setahun kemudian di tahun 1984 pula hadir pemutar CD portable sebagaimana Walkman. Namun produknya masih terlalu tebal dan besar meski dapat dibawa-bawa. Namanya masih CD player. Baru 13 tahun kemudian pada 1997 Sony mengemas yang lebih kompak dengan desain yang lebih keren dan menamai Discman. Produk baru ini dilego seharga 300 dolar
Kiprah CD musik semakin berkembang. Banyak artis yang lalu banting setir berpindah ke produksi CD karena dianggap lebih aman untuk menjaga karya mereka. Sedangkan dengan produk kaset kian banyak produk bajakan.
Ketika band country asal Amerika Dire Straits merilis album Brothers in Arms, konsumen kontan memburu album terbaik Dire Straits sepanjang masa itu. Hasilnya, Brothers in Arms menggebrak sebagai album berformat CD pertama yang mencapai penjualan hingga satu juta keping di tahun 1985. The Beatles terpancing pula, masalahnya karya-karya mereka umumnya masih menggunakan teknologi analog dan belum stereo. Maka pada 1987, empat album the Beatles dikemas dalam CD meskipun audionya mono.
Produk CD musik terus gemilang. Pada 1988 saja diproduksi 400 juta keping yang dihasilkan dari 50 pabrik. Di era pertengahan tahun 80, industri CD tidak hanya berkutat untuk mengakomodasi karya lagu. Namun juga dikembangkan CD-CD yang bisa digunakan untuk menyimpan data dengan kemampuan rekam data. CD yang kemudian dijuluki CD-R disiapkan bagi konsumsi para pengguna komputer untuk menggantikan floppy disc yang sudah tak berkembang lagi. Sayangnya kelak CD-R justru digunakan untuk merekam lagu yang kala itu sudah terkompresi dan berpindah menjadi format digital atau kita kenal dengan MP3.
Pencapaian penjualan CD musik terjadi di awal tahun 90-an. CD mulai menggerogoti penjualan kaset. Kaset mulai kehilangan pasar hingga mendekati abad baru alias tahun 2000. Benar saja, kaset habis, dan hampir semua perangkat telah menggunakan CD player sebagai standar baru.
Teknologi digital terus berkembang. Konten di internet pun kian bervariasi. Produk musik dan video bermunculan di awal 2000. Ditambah lagi hadirnya software pemutar audio di komputer maupun digital audio player baik yang model dek maupun portable.
CD terdisrupsi sebagaimana nasib kaset yang ia disrupsi. Puncaknya terjadi pada 2012, penjualan CD musik di Amerika yang barometer industri musik hanya 34 persen. Turun terus sampai tinggal 24 persen pada 2015. Tiga tahun berikutnya makin anjlog, hanya tinggal 6 persen.
Sekarang masih diproduksi tetapi tak ada artis yang berani produksi banyak, sementara toko-toko CD sudah banyak yang tumbang. Bahkan produk CD player sudah tidak ada lagi. Sementara CD-R juga hanya memenuhi ruangan saja. Data telah berpindah disimpan di server atau cloud storage. (*)