57,9 Penduduk Taiwan Yakin Penyatuan Paksa dengan Cina tidak Akan Berhasil
- Generasi milenial Taiwan tidak yakin Cina akan menyerang negara mereka.
- Politisi DPP mengatakan ada tiga syarat bagi Cina menyerang Taiwan.
- Tiga syarat itu; kepercayaan diri berlebihan, kekacauan politik domestik Cina, dan salah membaca situasi.
JERNIH — Sekitar 60 persen orang Taiwan tidak khawatir akan serangan Cina, karena yakin AS akan menyelamatkan negeri mereka, demikian jajak pendapat yang diterbitkan CommonWealth Magazine, Rabu 12 Januari.
Jika terjadi serangan militer Cina, 58,8 persen responden mengatakan AS akan melakukan intervensi atas nama Taiwan. Sebanyak 54 persen mengatakan tindakan itu akan efektif untuk menangkap agresi.
Namun, proporsi orang Taiwan yang tidak mengharapkan aksi militer Cina dalam setahun melonjak menjadi 63,7 persen. Jajak pendapat tahun sebelumnya menunjukan 48,3 persen orang Taiwan tidak berharap ada aksi militer Cina.
Sebanyak 35,3 persen mengkhawatirkan perang lintas selat dalam waktu dekat. Sedangkan 57,9 persen mengatakan tidak mungkin bagi Cina menyatukan paksa Taiwan, tapi 35,7 persen menyebut sebaliknya.
Semakin muda responden, kian kecil kemungkinan mereka berpikir invasi Cina akan berhasil.
Kesimpulan umum jajak pendapat ini adalah mayoritas semua kelompok umur berpikir serangan Cina tidak mungkin terjadi. Legislator Partai Progresif Demokratik (DPP) Lo Chih-cheng mengaitkan hasil jajak pendapat dengan fakta bahwa orang Taiwan terbiasa dengan ancaman Tiongkok, karena telah mendengarnya sekian dekade.
Ada tiga prasyarat utama untuk invasi Cina; kepercayaan diri berlebihan, kekacauan politik domestik Cina, dan salah membaca situasi. Ketiga syarat itu belum ada.
TaiwanNews menulis ancaman Beijing itu nyata, dan publik perlu menganggap serius taktik yang dilakukan Cina; disinformasi, pengumpulan data intelejen, serta mempengaruhi pebisnis dan politisi.
Survei juga menemukan 60 persen publik mengidentifikasi diri sebagai orang Taiwan. Sebanyak 45,7 persen mendukung status quo untuk Taiwan, atau turun dari 63,6 persen dibanding tahun 2006.
Mayoritas orang yang lebih muda, atau di bawah 40 tahun, mendukung kemerdekaan. Simpati untuk AS juga elbih kuat di kalangan generasi muda.