- Media Amerika menganalisis klip itu secara berlebihan, mengabaikan fakta bahwa acara itu sebelumnya mengejek Obama, Trump, dan lainnya
- Mantan duta besar Saudi untuk AS, Pangeran Turki Al Faisal, mengatakan bahwa media AS harus memiliki “kulit yang lebih tebal”.
JERNIH – Sebuah sketsa komedi yang mengejek Presiden AS Joe Biden dan wakilnya Kemala Haris di TV Arab Saudi bikin heboh. Banyak kalangan di AS menganggapnya sebagai pertanda memburuknya hubungan kedua negara.
Klip, yang diproduksi oleh acara sketsa Ramadhan MBC “Studio 22,” menjadi viral di media sosial pekan lalu karena mengolok-olok ‘Biden’ dan ‘Kamala Harris’. Dalam klip itu, ‘Biden’ digambarkan sebagai orang tua yang sudah tidak mampu, tertidur saat berbicara. Sementara wakil presidennya, yang diperankan oleh seorang pria yang didandani berpenampilan seperti perempuan.
Klip berdurasi satu menit itu membuat ‘Biden’ keluar dari panggung, melupakan nama presiden Rusia, tertidur di tengah kalimat dan memanggil Wakil Presidennya ‘Ibu Negara’. “Dengarkan aku,” kata Presiden. “Saya punya pesan yang sangat penting untuk Anda. Pesannya adalah…”
Dan lalu dia tertidur. “Kita akan berbicara tentang krisis di Afrika,” kata ‘Biden’. Harris harus mengoreksinya sekali lagi, membawanya kembali ke jalur untuk membahas Rusia. Kemudian klip singkat ini berakhir dengan ‘Kamala Harris’ mengangkat ‘Joe Biden’ yang sedang tidur dan meminta agar penonton bertepuk tangan untuk Presiden Anda sekarang juga.
Berbagai outlet AS, termasuk Fox News, New York Post dan Business Insider telah menafsirkan sketsa terbaru ini sebagai pesan dari Arab Saudi, mengutip klip itu sebagai “sangat memalukan bagi negara kita.”
Fox News bahkan menyebutkan Kerajaan Saudi, sekutu lama AS, “terlalu sibuk memproduksi sandiwara TV” untuk menjawab telepon Presiden Biden guna meminta Kerajaan untuk produksi minyak lebih banyak.
“SPBU (Pom bensin, julukan produsen minyak) dunia itu menganggap presiden kita adalah bahan tertawaan, itu tidak baik untuk bisnis,” kata Jesse Watters, seorang komentator politik konservatif Amerika di Fox News.
Insiden yang dimaksud merujuk ketika Putra Mahkota Mohammed bin Salman baru-baru ini yang tidak menerima panggilan ketika Biden menelepon. Ia memilih untuk menunda pembicaraan.
The New York Post menganalisis sketsa itu sebagai sinyal sikap dingin Riyadh terhadap pemerintahan Biden. Business Insider menyatakan bahwa klip itu penting mengingat bahwa hubungan antara Arab Saudi dan AS berada “di titik terendah.”
Namun, bertentangan dengan apa yang dikatakan banyak orang, sebagian besar analisis gagal untuk melihat bahwa hampir semua presiden AS, serta banyak politisi internasional lainnya, telah diejek di TV Saudi sebelumnya. “Jangan menganggapnya serius atau pribadi … Semua presiden barat telah ditiru di Saudi TV,” Mohamed Albishi, pemimpin redaksi Bloomberg Asharq, mentweet.
Memang banyak pemimpin dunia sebelumnya ditampilkan dan diolok-olok di “Studio 22,” untuk menghapus anggapan bahwa sketsa itu semata-mata diproduksi sebagai reaksi terhadap hubungan AS-Arab Saudi. Pertunjukan sketsa seperti ini telah mengejek beberapa presiden AS dan Barat lainnya di masa lalu, termasuk mantan Presiden AS Barack Obama dan penggantinya Donald Trump.
Media yang sama baru-baru ini mengolok-olok Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bersama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, dalam sebuah drama komedi di mana pasangan itu berdebat tentang siapa yang akan menerima seorang pengungsi wanita Ukraina yang berdiri di antara mereka.
Mereka mengancam satu sama lain dan akhirnya mencoba menarik wanita itu dengan pita di lehernya. Kemudian perempuan itu menghentikan mereka dan memperkenalkan kepada suami dan putranya. Johnson dan Austin langsung kehilangan minat dan bertengkar tentang siapa yang tidak boleh membawanya masuk, berakhir dengan Austin menyeret Johnson dari panggung setelah dia berlari kembali untuk menjilat tangannya dan menepuknya rambut depannya.
Mari Kita Tertawa Jangan Cemberut
Menanggapi hysteria itu, mantan kepala intelijen Saudi dan duta besar untuk AS dan Inggris Pangeran Turki Al-Faisal menulis dalam kolom Arab News: “Saya geli dengan kehebohan di media AS tentang sketsa komedi TV Saudi yang mengolok-olok Presiden Joe Biden.”
“Komentator dan pakar telah tersinggung, mengatakan itu menghina, bahwa itu menunjukkan Kerajaan Saudi bukan teman AS; bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman menolak presiden untuk bertemu dengannya, dan pembebasannya dari dokumen CIA tentang pembunuhan Khashoggi, bahwa itu adalah penghinaan terhadap rakyat Amerika, dan sebagainya; benar-benar reaksi yang luar biasa.”
Artikel Pangeran Turki menjadi viral dalam bahasa Arab, dan diakhiri dengan pernyataan yang kuat. “Saya katakan kepada media Amerika dan yang disebut ahli lainnya: Tertawakan humornya. Selama ini, kita telah menahan cemoohan dari media dan politisi Amerika; adil jika Anda menahan hinaan komedi kami pada Anda. Mari kita tertawa bersama, bukan saling cemberut.” [Arabnews]