
Ia menyebut penerapan sistem merit di internal Kejaksaan sebagai angin segar di tengah maraknya penempatan jabatan berdasarkan kedekatan politik. “Contohnya bisa dilihat di komposisi kabinet Presiden Prabowo, yang masih jauh dari meritokrasi,” kata dia.
JERNIH– Sekretaris Jenderal Laskar Merah Putih dan mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Abdul Rachman Thaha (ART), menyampaikan kekagumannya terhadap kinerja Jaksa Agung ST Burhanudin. Jaksa Agung dinilainya makin membawa Kejaksaan ke garis depan penegakan hukum.
“Ketika syahwat kriminal sudah begitu tak terbendung, menjauhlah sejauh-jauhnya dari incaran Kejaksaan Agung,” ujar Abdul Rachman Thaha kepada wartawan, Rabu (16/4) sore.
Menurut dia, di bawah kepemimpinan Burhanudin, Kejaksaan Agung menunjukkan performa yang kian high profile. “Semua orang yang waras punya alasan untuk berlari sekencang-kencangnya dari bidikan Korps Adhyaksa,” kata dia.
ART menyoroti empat indikator utama yang menurutnya membuat Kejaksaan Agung patut dijadikan teladan bagi institusi penegakan hukum lain. Pertama, katanya, keberanian Kejaksaan dalam menyikat aparat dari sesama sistem peradilan pidana tanpa kompromi. “Begitu ewuh pakewuh berhasil disingkirkan, ini menjadi kemenangan istimewa,” ujar dia.
Kedua, komitmen menindak aparat internal yang menyimpang. Ia menilai sikap tersebut sebagai bentuk keberanian melawan diri sendiri. “Kentalnya jiwa korsa lazim menjadi penghambat penindakan ke dalam. Tapi begitu bisa dilakukan tanpa pandang bulu, itu pencapaian besar,” katanya.
Ketiga, penolakan terhadap praktik jual beli jabatan. Ia menyebut penerapan sistem merit di internal Kejaksaan sebagai angin segar di tengah maraknya penempatan jabatan berdasarkan kedekatan politik. “Contohnya bisa dilihat di komposisi kabinet Presiden Prabowo, yang masih jauh dari meritokrasi,” kata dia.
Indikator keempat adalah gaya hidup sederhana yang diperlihatkan oleh para pejabat kejaksaan, mulai dari Jaksa Agung sendiri. “Mereka tidak punya pilihan lain, karena Jaksa Agung punya jumlah harta kekayaan yang jauh lebih kecil dibanding pejabat negara lain,” ujar Abdul Rachman.
Ia menilai sosok ST Burhanudin seolah menjadi reinkarnasi dari almarhum Baharuddin Lopa. “ST Burhanudin memang tidak sempurna. Namun saya melihat sosok Lopa seolah hidup kembali pada diri Burhanudin,” kata dia.
Ia berharap Kejaksaan Agung tetap menjadi momok bagi para pelanggar hukum. “Semoga Burhanudin terus menjadi sosok yang menakutkan dan Kejaksaan Agung kian mapan menjelma sebagai lembaga yang membuat bandit tunggang langgang,” ujar ART. [rls]