Anggota Parlemen Iran Tawarkan Tiga Juta Dolar AS untuk Kematian Trump
TEHERAN—Seorang anggota Parlemen Iran, Ahmad Hamzeh, menawarkan hadiah uang tunai sebesar tiga juta dolar AS kepada siapa saja yang bisa membunuh Presiden AS Donald Trump. Laiknya mahar pernikahan, uang itu dijanjikan dibayar tunai.
Kepada Israel National News Ahmad Hamzeh pada Selasa (22/1) menawarkan hadiah sebesar itu kepada siapa pun yang bisa membunuh Presiden AS Donald Trump. Ia juga mengatakan Iran dapat menghindari ancaman jika memiliki senjata nuklir.
“Atas nama rakyat Provinsi Kerman, kami akan membayar hadiah 3 juta dolar AS dalam bentuk tunai kepada siapa pun yang membunuh Trump,”kata Ahmad Hamzeh, yang mengucapkan hal itu di hadapan para anggota Parlemen Iran yang memiliki 290 kursi. Hal itu disiarkan pula kantor berita Iran, IRNA.
Hamzeh tidak menerangkan, apakah sumber dana untuk hadiah sebesar itu mendapat dukungan resmi dari penguasa ulama Iran atau tidak.
“Jika kita memiliki senjata nuklir hari ini, kita akan dilindungi diri dari ancaman. Kita harus meletakkan produksi rudal jarak jauh yang mampu membawa hulu ledak yang tidak konvensional dalam agenda kita. Ini adalah hak alami kita,”ujar Hamzeh, sebagaimana dikutip kantir berita tersebut.
Di sisi lain, Hamzeh tak habis pikir soal dalih pemerintahan Trump yang membunuh Soleimani dalam ‘serangan pencegahan’, hanya karena dia konon berencana untuk membunuh orang Amerika. “Apakah kedutaanmu di wilayah ini aman? Jika kedutaanmu berencana membunuh orang kami yang tak bersalah, apakah kita diizinkan untuk menghancurkan mereka?” tanya Hamzeh, retoris.
“Apakah pangkalan dan pusat militer Anda di kawasan ini untuk kebaikan atau untuk merusak negara? Apakah kami diizinkan untuk menghancurkan semua pangkalan Anda dalam serangan pencegahan?” tanyanya lagi.
Duta Besar perlucutan senjata AS Robert Wood menampik ancaman itu sebagai “kekonyolan”. Ia mengatakan kepada wartawan di Jenewa, itu justru menunjukkan “dasar-dasar teroris” dari pendirian (pemerintah) Iran.
Ancaman Iran terbaru datang di tengah meningkatnya ketegangan antara Republik Islam dan AS. Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015 pada Mei 2018 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Republik Islam.
Sebagai tanggapan, Iran secara bertahap mengurangi kepatuhannya kepada kesepakatan 2015.
Ketegangan memuncak awal bulan ini ketika Trump memerintahkan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani di Baghdad. Sebagai pembalasan, Iran menembakkan rudal balistik ke sasaran AS di Irak. Namun, dilaporkan tak ada korban jiwa dalam serangan itu.
Sebelumnya, menyusul pembunuhan Soleimani, Iran dikabarkan menawarkan hadiah 80 juta dolar AS untuk pembunuhan Trump. Sementara anggota Parlemen Iran Abolfazl Aboutorabi mengatakan, negaranya akan menyerang Gedung Putih. Dua kabar ini memang masih simpang siur dan belum pernah dikonfirmasi pemerintah Iran. Informasi yang dibagikan dengan menyitir perkataan Aboutorabi pun dinilai tak akurat, lantaran dibagikan oleh situs daring yang kurang dapat dipercaya.
Namun, kali ini tampaknya Hamzeh serius memberlakukan ganjaran uang untuk pembunuh Trump. Selain itu, Iran mengumumkan, mereka akan mengabaikan kesepakatan nuklir 2015 bersama-sama tentang pembunuhan Soleimani.
“Sekarang usai Eropa meninggalkan komitmennya, saya sarankan untuk segera keluar dari (Perjanjian Non-Proliferasi) dan meluncurkan ledakan fisi nuklir,”kata Hamzeh. Ia mengajak untuk mengumumkan kepada dunia bahwa Iran telah bergabung dengan ‘Klub Tenaga Nuklir’.
Pemerintah negara-negara Barat telah lama menuduh Teheran berupaya mengembangkan senjata nuklir, kendati para pemimpin Iran secara konsisten menyangkal tersebut. Mereka mengatakan program nuklir negara itu hanya demi tujuan damai. [IRNA]