Crispy

Apakah TikTok Sedang Membunuh K-Pop?

  • TikTok memaksakan kehendaknya membayar lisensi jauh lebih murah dibanding kesepakatan awal.
  • UMG menarik katalog musiknya, yang membuat grup-grup baru K-pop kehilangan platform promosi global.

JERNIH-– Situs koreajoongangdaily.joins.com baru saja menurunkan artikel menarik tentang situasi industri K-pop saat ini, dan pertarungan perizinan antara TikTok dan Universal Music Group (UMG), raksasa label musik di dunia.

Is TikTok killing K-pop? Song licensing battle rages on, demikian judul artikel itu, yang tampaknya mengacu pada pernyataan kritikus Kim Do-heon tentang yang akan terjadi setelah UMG menyatakan keluar dariTikTok.

TikTok tanpa K-pop

Sejumlah lagi K-pop tiba-tiba menghilang dari TikTok. Penggemar tahu itu, tapi mungkin hanya sedikit dari mereka yang tahu penyebab kehilangan itu.

UMG dan TikTok sedang bertarung. Kedua pihak gagal mencapai kesimpulan hingga kontrak sebelumnya berakhir pada 31 Januari. Tidak ada yang menggeser posisi, apalagi mundur, sampai batas waktu kontrak berakhir.

Keduanya tidak sepakat pada besaran biaya lisensi musik. UMG mengklaim lagu-lagu mereka bernilai lebih dari yang diusulkan TikTok. Menurut UMG, TikTok — dengan kekuatan satu miliar pengguna — berusaha mengintimidasi agar menerima kesepakatan dengan nilai jauh lebih rendah dibanding kesepakatan sebelumnya.

Dalam bahasa lain, nilai yang diajukan TikTok jauh dari nilai pasar wajar dan tidak mencerminkan pertumbuhan eksponensial mereka.

Ketidaksepakatan berdampak pada tindakan UMG menghapus perpustakaan besar mereka dari TikTok. TikTok mengikuti dengan menonaktifkan video lagu-lagu UMG yang sudah ada, dengan pemberitahuan; suara dihapus karena pembatasan hak cipta.

Analis Komisi Hak Cipta Korea mengatakan; “Sekitar tujuh juga lagu dari musisi di bawah UMG, seperti Taylor Swift, Ariana Grande, dan Justin Beiger, tidak bisa lagi digunakan di TikTok. Itu hampir setengah dari volume musik yang tersedia di platform TikTok.”

Daftar artis UMG sedemikian panjang. Terdapat nama-nama besar; Drake, Olivia Rodrigo, Billie Ellish, dan Post Malone, serta K-pop kelas berat seperti BTS, Blackpink, NewJeans, dan SuperM. Pertarungan lisensi menyebabkan semua musik artis besar menghilang dari TikTok.

Bagi penggemar K-pop, ketiadaan musik idola mereka di TikTok adalah kekecewaan besar, tapi tidak demikian dengan artisnya.

Pukulan Bagi Grup Baru

BTS, Blackpink, dan siapa pun artis K-pop tidak merasakan dampak pertarungan lisensi itu. Bagi artis pendatang baru dan boyband yang sedang merintis karier, pertarungan UMG dan TikTok menjadi pukulan serius.

Artis baru membutuhkan TikTok sebagai sarana promosi. TikTok memungkinkan mereka mendunia, membuka jalan mereka tampil di panggung mancanegara.

TRI.BE, salah satu girl group K-pop, adalah yang terkena dampak kritis pertarungan ini. Dibentuk oleh mendiang komposer terkenal Korea Lee Ho-yang — dikenal secara profesional sebagai Shinsadong Tiger — dan UMG, TRI.BE membuat debutnya tahun 2021.

Grup ini sedang berada pada tahap siklus hidup K-pop, dengan para anggotanya secar agresif mengejar tujuan karier mereka. Namun, TRI.BE harus menghadapi nasib buruk ketika semua lagu mereka dihapus dari TikTok, dan para anggotanya kehilngan akses mempromosikan EP terbaru mereka, diberi nama Diamond, yang dirilis 20 Februari.

Yang bisa dilakukan anggota TRI.BE adalah mempromosikan musik mereka di media sosial lain dalam bentuk reel dan konten berdurasi pendek. Mereka tak ingin nama TRI.BE menghilang begitu saja.

Guncangan Global

Tidak ada yang tahu kapan pertarungan UMG-TikTok berakhir. Pakar K-pop mengatakan sangat penting mendapatkan lisensi musik untuk kompensasi yang sesuai bagi artis dan penulis lagu. Di sisi lain, TikTok adalah platform paling demokratis, tempat pengguna menemukan lagu baru.

“Kekuatan TikTok terletak pada kenyataan bahwa tidak ada pola. Artinya, musik apa pun bisa tiba-tiba menjadi viral tanpa memandang waktu dan wilayah,” kata Kim Do-heon. “Keluarganya UMG dari TikTok mengakibatkan efek promosi di pasar global berkurang. Dari sudut pandang artis, ini mengecewakan.”

Bayangkan jika lagu K-pop hit global seperti Cupid dari Fifty-Fifty — yang mendarat di tangga lagu Billboard setelah viral di TikTok — dilarang di platform tersebut akibat keputusan UMG. Akibat berikut adalah popularitas K-pop secara global terhambat.

Keputusan UMG tidak hanya berdampak buruk bagi industri K-pop, tapi juga industri musik global. Billboard berspekulasi keputusan UMG bukan tidak mungkin mengguncang lanskap musik globa, yang berusaha menjauh dari ketergantungan pada TikTok.

Bukan tidak mungkin, Sony Music Entertainment dan Werner Music Group, serta indie, mengikuti langkah UMG; menarik katalog musik mereka setelah perjanjian lisensi berakhir.

Back to top button