Riyadh — Arab Saudi membuka rumah sakit dan penelitian unta terbesar di dunia di wilayah Qassim.
Saudi Press Agency (SPA) melaporkan fasiltias itu dibangun dengan biaya 100 juta riyal, atau Rp 386 miliar di atas tanah seluas 70 meter persegi.
Pangeran Dr Faisal bin Mishaal bin Saud bin Abdulaziz meresmikan RS Unta Salam, dan meninjau fasilitas saat pembukaan.
Ini bukan rumah sakit unta pertama. Di Dubai, ada RS Unta Dubai yang bernilai 10 juta dolar, atau Rp 144 miliar, yang dibuka Desember 2017.
Qatar lebih dulu memiliki rumah sakit unta. Tahun 2019, fasilitas RS Unta di Qatar ditingkatkan 50 persen untuk memenuhi permintaan merawat 30 untu sekaligus.
Laporan terbaru IMARC Group menyebutkan dalam beberapa tahun terakhir peternakan sapi perah unta berevolusi sebagai alternatif perternakan sapi perah tradisional.
Pasar susu unta di negara-negara Teluk (GCC) bernilai 447,9 juta pada 2018, dan diproyeksikan mencapai 661 juta pada 2024, atau naik 6,9 persen per tahun.
Selama berabad-abad unta adalah sumber makanan, transportasi, dan secara historis digunakan sebagai alat pembayaran. Hari ini untuk dibiakan untuk hewan pacuan.
Bisnis ini menjadi lebih terorganisir dalam beberapa dekade terakhir. Di Uni Emirat Arab (UEA), misalnya, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan mengawasi pembangunan beberapa jalur pacuan unta.
Festival Unta menarik ribuan pengunjung, untuk menyaksikan balapan. Transaksi selama festival bernilai jutaan dolar.
Tahun 2011 terdapat 1,6 juta unta di Semenanjung Arab. Dari jumlah itu, 53 persen ditemukan di Arab Saudi. Di UEA terdapat 300 ribu unta.
