AS Dituduh Terlibat, PBB akan Gelar Sidang Darurat setelah Serangan Israel di Doha

Channel 13 mengutip seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa serangan itu dikoordinasikan dengan Washington. Laporan itu menyoroti luasnya perencanaan bersama antara kedua sekutu menjelang operasi tersebut.
JERNIH – Kemarahan global meningkat saat Israel menyerang Qatar sehingga mendorong diselenggarakannya sidang darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan norma-norma internasional.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan sidang darurat di New York untuk membahas serangan udara terbaru Israel yang menargetkan pejabat Hamas di ibu kota Qatar, Doha. Pertemuan tersebut, yang diminta oleh Pakistan dan Aljazair.
Misi Korea Selatan, yang memegang jabatan presiden bergilir Dewan untuk bulan September, mengonfirmasi bahwa sesi tersebut akan berfokus pada “situasi di Timur Tengah” yang lebih luas, dengan perhatian khusus pada serangan Israel di wilayah Qatar.
Permintaan bersama Pakistan dan Aljazair mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di antara negara-negara mayoritas Muslim dan negara-negara berkembang atas meningkatnya pola agresi Israel di kawasan tersebut. Kedua negara menekankan perlunya akuntabilitas internasional yang mendesak mengingat pelanggaran Israel terhadap kedaulatan Qatar.
Percobaan Pembunuhan Berbahaya
Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengecam keras upaya pembunuhan berbahaya oleh pendudukan Israel yang menargetkan delegasi negosiasinya di ibu kota Qatar, Doha.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menyatakan, “Upaya berbahaya pendudukan Zionis untuk membunuh delegasi negosiasi Hamas di Doha hari ini merupakan kejahatan keji, tindakan agresi yang nyata, dan pelanggaran nyata terhadap semua norma dan hukum internasional.”
Hamas menekankan bahwa serangan itu tidak hanya ditujukan kepada delegasinya, tetapi juga merupakan serangan terhadap Qatar sendiri. “Kejahatan ini merupakan agresi terhadap kedaulatan Negara Qatar, yang, bersama Mesir, telah memainkan peran penting dan bertanggung jawab dalam mensponsori upaya mediasi untuk menghentikan agresi, mencapai kesepakatan gencatan senjata, dan mengamankan pertukaran tahanan,” kata Hamas.
Hamas mengonfirmasi bahwa para pemimpinnya, yang menjadi target serangan, selamat dari serangan tersebut, meskipun beberapa anggota tim dan staf keamanannya gugur. Pernyataan tersebut mengidentifikasi mereka yang gugur sebagai: Jihad Lubad, direktur kantor pemimpin senior Hamas Khalil al-Hayya, dan putra al-Hayya, Hammam. Tiga orang lainnya, termasuk Abdullah Abdel Wahed, Mo’men Hassouna, dan Ahmad al-Mamlouk, juga gugur, bersama dengan petugas keamanan Qatar Badr Saad al-Humaidi.
Entitas Israel dan AS Merusak Negosiasi
Gerakan itu mengaitkan serangan tersebut secara langsung dengan negosiasi yang sedang berlangsung. “Menargetkan delegasi negosiasi, tepat saat mereka sedang membahas proposal terbaru Presiden AS Donald Trump, menegaskan tanpa keraguan sedikit pun bahwa Netanyahu dan pemerintahannya tidak ingin mencapai kesepakatan apa pun. Mereka sengaja berupaya menyabotase setiap peluang dan menggagalkan upaya internasional, terlepas dari nasib para tahanan, kedaulatan negara, atau keamanan regional mereka.”
Hamas juga menuduh Washington terlibat. “Kami menganggap pemerintah AS bertanggung jawab bersama dengan pendudukan atas kejahatan ini, mengingat dukungannya yang terus-menerus terhadap agresi dan kejahatan pendudukan terhadap rakyat kami,” kata Hamas.
Media Israel mengungkap rincian baru tentang koordinasi antara pendudukan Israel dan Amerika Serikat seputar serangan yang ditujukan untuk menargetkan pimpinan Hamas. Channel 13 mengutip seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa serangan itu dikoordinasikan dengan Washington. Laporan itu menyoroti luasnya perencanaan bersama antara kedua sekutu menjelang operasi tersebut.
Menurut koresponden Channel 14 , koordinasi tersebut mencakup setidaknya dua pertemuan penting dalam beberapa hari terakhir. Pertemuan pertama melibatkan Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Brad Cooper, yang baru-baru ini tiba di wilayah Palestina yang diduduki dan mengadakan pertemuan pertamanya dengan Kepala Staf Israel, Eyal Zamir.
Keduanya dikatakan telah menjalin komunikasi setiap hari, terkadang lebih dari sekali sehari, dengan fokus utama pada koordinasi militer yang terkait dengan operasi tersebut. Pertemuan kedua dilaporkan terjadi dalam 24 jam terakhir antara Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer dan utusan AS Steve Witkoff, yang semakin menggarisbawahi keterlibatan tingkat tinggi antara kedua belah pihak.