Crispy

Atalia Bacakan Dongeng ‘Rendi Sakit Perut’ untuk Anak-anak PAUD

Perkembangan PAUD di Jabar cukup baik namun karena kondisi pandemi di beberapa wilayah ada di Level 3, ia menyarankan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh kembali.

JERNIH – Senyum semringah terpancar dari raut wajah anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Meraih Bintang di Desa Pananjung, Kabupaten Pangandaran. Hal itu terjadi ketika Bunda PAUD Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil membacakan buku dongeng berjudul “Rendi Sakit Perut.”

Kedatangan Atalia ke Pangandaran bertujuan memastikan pembelajaran tatap muka di daerah yang masuk PPKM Level 1, termasuk Pangandaran, berjalan aman dan nyaman. Seluruh anak PAUD Meraih Bintang pun terlihat bahagia karena bisa kembali belajar tatap muka.

“Perkembangan PAUD di Jabar cukup baik. Namun karena kondisi pandemi di beberapa tempat di wilayah yang saat ini Level 3, kita memang menyarankan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh kembali. Tapi, seperti di Pangandaran saat ini, alhamdulillah kita bisa melaksanakan pembelajaran secara utuh karena memang PPKM-nya Level 1,” kata Atalia di TK Meraih Bintang, Pangandaran, Senin (14/2/2022).

Saat berbagi cerita dengan anak-anak PAUD setempat, Atalia melihat kegiatan pembelajaran berlangsung secara komprehensif, holistik dan integratif. “Oleh karena itu, saya berharap karena saya berada di TK dan kelompok belajar Meraih Bintang ini, saya lihat mereka secara menyeluruh komprehensif, holistik dan integratif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,” ucapnya.

“Jadi anak-anak ini diajarkan dari mulai bagaimana melakukan kebiasaan baik sampai memberikan pembelajaran sederhana dengan menulis, berhitung, sesuatu yang menyenangkan,” katanya.

Selain itu, kata Atalia, anak-anak mendapatkan pembelajaran soal bagaimana mencintai alam sejak dini. Salah satunya dengan melakukan gerakan pungut sampah di pinggir pantai. Tujuannya untuk merawat dan menjaga keindahan alam Pangandaran.

“Sekolah ini juga saya melihat bisa menjadi percontohan, karena mereka melakukan kegiatan sesuai kebutuhan. Jadi sekolah ini belajar Bahasa Inggris, Bahasa Sunda, juga belajar sains,” ucapnya.

“Kemudian juga belajar mencintai alam seperti mereka melakukan gerakan pungut sampah dan lain-lain. Patut kita apresiasi dan semoga menjadi wilayah percontohan di Indonesia,” ujarnya. [*]

Back to top button