Crispy

Atlet Putri Boleh Bernafas Lega, WAC Larang Waria Ikut Kompetisi Atletik

  • Sampai kapan pun persoalan waria atau tarns woman di olahraga akan menjadi perdebatan.
  • Sebastian Coe berargumen bahwa testosteron adalah penentu utama dalam performa.

JERNIH — Dewan Atletik Dunia (WAC) memutuskan waria, atau wanita pria atau trans-women, tidak boleh lagi mengikuti kompetisi atletik wanita.

“Dewan setuju untuk mengecualikan atlet transgender pria, atau wanita yang melalui pubertas pria, dari kompetisi atletik wanita dunia mulai 31 Maret,” kata Sebastian Coe, ketua WAC, dalam konferensi pers, Kamis 23 Maret.

Mulai April, masih menurut Coe, atlet mana pun yang telah melewati masa pubertas pria tidak akan diizinkan berkopetisi di cabang atletik wanita, terlepas dari tingkat hormon mereka saat ini.

WAC, lanjut Coe, mengadakan diskusi dengan para pemangku kepentingan, termasuk 40 federasi nasional, Komite Olimpiade Internasional (IOC), dan kelompok trans, tentang topik atlet transgender. Mayoritas setuju atlet trans tidak boleh berlaga di nomor putri.

“Banyak yang percaya bahwa tidak ada cukup bukti wanita trans tidak mempertahankan keunggulan dibandingkan wanita biologis, dan menginginkan lebih banyak bukti bahwa keunggulan fisik telah diperbaiki sebelum mereka bersedia mempertimbangkan opsi untuk dimasukan ke dalam kategori wanita,” ujar Coe.

Coe melanjutkan; “Kami harus berpandangan bahwa kami perlu menjaga keadilan bagi atlet putri di atas pertimbangan lain.”

Partisipasi transgender wanita dalam olahraga wanita akan tetap menjadi perdebatan, paling tidak karena penampilan beberapa atlet trans seperti perenang AS Lia Thomas dan atlet angkat besi Selandia Baru Laurel Hubbard, sangat unggul di kompetisi.

Beberapa asosiasi atletik mengambil opsi berbeda. Tahun 2021 IOC mengatakan tidak boleh ada anggapan keuntungan bagi wanita transgender dalam kompetisi.

Meski dipuji oleh transgender dan pendukung kesetaraan, IOC menghadapi kritik dan seruan berulang untuk mengeluarkan persyaratan lebih spesifik dalam beberapa olahraga.

Desember 2022, misalnya, IOC meyerahkan tanggung jawab kepada federasi olahraga individu, yang memungkinkan mereka mengeluarkan kriteria kelayakan yang lebih spesifik ketika mereka menganggap perlu.

Tahun 2022 Badan Renang dan Akuatik Internasional, sebelumnya bernama FINA, melarang partisipasi trangender dalam acara kompetisi wanita. Setelah itu organisasi berjanji membuat ketegori terbuka. Liga Rugby Internasional mengadopsi aturan serupa.

Coe berargumen bahwa testosteron adalah penentu utama dalam performa saat dia bersumpah untuk melindungi integritas dan masa depan olahraga wanita.

Back to top button