Awas! Ada 300 Medsos Kelompok Radikalisme Bertebaran di Dunia Maya
JAKARTA – Perkembangan radikalisme di Indonesia mempunyai gerakan bawah tanah, yakni melalui media sosial. Setidaknya kurang lebih 300 media sosial. Karena itu, kelompok moderat dinilai masih lamban menangkal gerakan tersebut.
Hal itu diungkapkan Cendekiawan Nadhlatul Ulama (NU), Zuhairi Misrawi (Gus Mis) di Jakarta, Selasa (28/4/2020).
“Kenapa cyber ini digunakan sebagai senjata menyebar radikalisme? karena sekarang sudah masuk di era teknologi, apalagi dimasa pandemi covid-19 ini,” katanya.
Menurut Gus Mis, ada lima hipotesa radikalisme cyber. Pertama, internet merupakan medan baru yang mungkin dapat dijadikan instrumen bagi kaum radikalis. Kedua, internet dapat dijadikan ruang menuangkan ide oleh kelompok tersebut.
“Lalu ketiga, internet memudahkan penyebaran ideologi kaum radikalis,” ujar dia.
Kemudian keempat, internet memungkinkan menyebarkan radikalisme tanpa melalui perjumpaan fisik. Kelima, memudahkan seseorang menyebarkan radikalisme secara mandiri (self-radikalisme)
“Seseorang dapat melihat media sosial secara bebas, jika wajah Negara ini dapat digambarkan melalui media sosial, kita dapat menggambarkannya bagaimana wajah sesungguhnya bangsa ini,” ujar Gus Mis.
Gus Mis menegaskan, jalan keluar dari radikalisme adalah penegakan hukum. Karena itu, Kominfo harus bersinergi dengan instrumen lainya dalam memberantas paham radikal di internet.
Ia menambahkan, selain penegakan hukum yang tegas, dapat dilakukan juga radikalisasi Pancasila terhadap seluruh lapisan masyarakat. Sebagaimana telah di gagas oleh Kuntowijoyo.
“Pancasila cyber dapat menjadi counter radikalisme,” katanya.