Awas! Ideologi Selain Pancasila
JAKARTA – Dalam sejarah bangsa Indonesia, ideologi impor dan transnasional kerap di infiltrasi untuk menggoyahkan pilar-pilar bernegara. Mulai dari liberalisme, komunisme hingga khilafah. Karena itu tak satupun bisa ditolerir dari ideologi tersebut untuk bisa masuk di Tanah Air.
Anggota Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi, mengatakan tidak bisa dipungkiri dengan situasi di tengah pandemi Covid-19, kemungkinan ada kelompok yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan situasi, guna menyebarkan paham-paham ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila.
“Apalagi kalau ideologi tersebut disebarkan ke masyarakat awam. Ketika ada kondisi tanggap darurat pasti ada yang memanfaatkan kesempatan ini,” ujarnya.
Dede menambahkan, sebagai warga negara harus tetap waspada untuk mencegah masuknya ideologi impor ke masyarakat awam. Karenanya seluruh komponen bangsa harus terus mensosialisasikan dan menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Ia meyakini, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai leading sector penanggulangan terorisme di Indonesia, harus lebih jeli melihat adanya perang ideologi transnasional, khususnya di media sosial (medsos).
“Jadi kalau ada perang ideologi kanan maupun ideologi kiri yang bersifat impor, khususnya di medsos saya yakin BNPT lebih jeli memantau hal tersebut. Hanya pesan saya kepada pemerintah jangan anti-kritik. Karena saat ini orang dengan keterbatasan yang ada pasti keluh kesahnya banyak, nah kita harus menjawab hal itu dengan menjelaskan langkah-langkah apa yang akan dilakukan,” ujar dia.
Ideologi lain, lanjut Dede, bakal tetap kalah melawan Pancasila. Sebab, sejak awal Pancasila telah menjadi ruh bangsa Indonesia. Apalagi Pancasila mencerminkan sikap semangat gotong royong dan saling membantu antar sesama warga negara dan umat manusia, sehingga masyarakat Indonesia, sehingga saat ini masih tetap kuat dan bersatu
“Kami sendiri di DPR, membantu pemerintah melalui bidang legislatif seperti pengesahan anggaran melalui persetujuan DPR,” kata dia.
Ia mengakui, Indonesia memiliki kesulitan memantau setiap pergerakan orang yang mungkin saja membawa ideologi lain, karena wilayah kepulauan yang luas. Namun demikian, pihaknya optimis dengan kerukunan dan semangat gotong royong seluruh komponen bangsa, maka pandemi dan infiltrasi ideologi lain dapat diatasi.
“Saat ini kita punya musuh yang sama, yaitu Covid-19. Tiba-tiba semua bergotong royong, mau agamanya apapun, sukunya apa pun semua sama-sama saling berbagi,” katanya. [Fan]