
Kemenangan Mamdani pada November lalu bagaikan gempa politik bagi kaum konservatif. Presiden Donald Trump secara terbuka mengecam terpilihnya pria berusia 34 tahun tersebut, menjadikannya sasaran tembak atas latar belakang agama dan ideologi sosialisnya.
JERNIH – Sejarah besar akan terukir di bawah langit musim dingin New York tepat pada 1 Januari 2026. Zohran Mamdani, politikus muda berhaluan sosialis demokrat, akan resmi mengucap sumpah sebagai Wali Kota Muslim pertama dalam sejarah kota metropolitan paling ikonik di dunia. Namun, pelantikannya bukan sekadar seremoni; ini adalah pernyataan perang politik terhadap arus konservatif yang sedang menguasai Washington.
Simbolisme perlawanan ini tampak jelas dari sosok yang akan memandu sumpahnya: Jaksa Agung New York, Letitia James. Sosok James bukan sekadar pejabat hukum, melainkan “musuh bebuyutan” Donald Trump yang telah bertahun-tahun menyeret sang presiden ke meja hijau.
Kehadiran ikon sayap kiri AS, Senator Bernie Sanders, untuk memimpin upacara siang harinya semakin mempertegas bahwa New York di bawah Mamdani akan menjadi benteng progresif terakhir di Amerika.
Target Trump dan Amunisi Konservatif
Kemenangan Mamdani pada November lalu bagaikan gempa politik bagi kaum konservatif. Presiden Donald Trump secara terbuka mengecam terpilihnya pria berusia 34 tahun tersebut, menjadikannya sasaran tembak atas latar belakang agama dan ideologi sosialisnya.
Namun, Mamdani tak bergeming. Di balik kebisingan Washington, ia membawa mandat dari warga New York yang mulai sesak dengan biaya hidup yang mencekik. Mamdani datang bukan untuk sekadar memimpin, melainkan untuk mengguncang tatanan ekonomi kota.
Mamdani membawa daftar janji kampanye yang terdengar mustahil bagi banyak pihak, namun sangat dinantikan oleh jutaan warga kelas bawah. Berikut adalah agenda radikal yang ia siapkan:
- Pembekuan sewa untuk lebih dari satu juta apartemen guna menekan krisis tunawisma.
- Pembangunan 200.000 unit perumahan dengan harga yang benar-benar terjangkau.
- Transformasi transportasi melalui layanan bus gratis bagi seluruh warga.
- Inovasi sosial berupa penitipan anak universal dan pendirian supermarket milik publik.
Meskipun sumber pendanaannya masih menjadi tanda tanya besar, Mamdani memegang “kartu as” melalui hubungan eratnya dengan Gubernur Kathy Hochul. Rencana menaikkan pajak bagi orang-orang terkaya di New York diprediksi akan menjadi bahan bakar utama bagi visi ambisiusnya ini.
Jembatan Inklusivitas dan Isu Sensitif
Tantangan Mamdani tidak hanya datang dari sektor ekonomi. Sebagai keturunan India dan pembela vokal hak-hak Palestina, ia berada di bawah pengawasan ketat komunitas Yahudi yang sangat besar di New York. Ia harus membuktikan bahwa Balai Kota adalah rumah bagi semua golongan, bukan sekadar panggung politik identitas.
Guna memperkuat birokrasinya yang masih seumur jagung, Mamdani merekrut tim ahli dari era Joe Biden dan mantan pejabat senior Balai Kota. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa janji-janji “revolusionernya” tidak sekadar menjadi slogan, melainkan kebijakan yang dapat dieksekusi.
Kini, dunia tertuju pada New York. Apakah Zohran Mamdani akan berhasil merubah wajah The Big Apple menjadi lebih humanis, atau justru akan tenggelam dalam polarisasi tajam yang sedang membelah Amerika? Pembuktiannya dimulai saat lonceng pergantian tahun berdentang.






