Belasan Pejabat Ukraina, Aktivis, dan Wartawan yang Ditahan Rusia tak Diketahui Nasibnya
- Jumlah korban tak dapata diverifikasi karena PBB tak punya akses.
- Satu-satunya cara menebak jumlah korban adalah lewat data satelit.
JERNIH — PBB mengatakan lusinan pejabat Ukraina, wartawan, dan aktivis ditahan atau dihilangkan paksa oleh invasi PBB. Beberapa kasus menyerupai penyanderaan.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina 24 Februari lalu, kantor hak asasi PBB mengatakan telah mengokumentasian penahanan sewenang-wenang dan penghilangan paksa 22 pejabat lokal Ukraina, 13 di antaranya dibebaskan.
BACA JUGA:
- UNESCO Kutuk Pembunuhan Jurnalis Rusia Oksana Baulina dalam Perang di Ukraina
- Perang Konyol: Serdadu Rusia Jual Tank ke Ukraina Rp 143,4 Juta
The Moscow Times menulis kasus paling terkenal adalah ketika walikota Melitopol Ivan Fedorov, menurut pihak berwenang Ukraina, diculik dan ditahan pasukan Rusia selama beberapa hari sebelum dibebaskan.
“Sepertinya ini adalah pola yang terjadi di wilayah yang diduduki Rusia,” kata Matilda Bogner, perwakilan kantor hak asasi PBB di Ukraina.
Pasukan Rusia, lanjut Bogner, secara khusus akan menahan tanpa memberi tahu kerabat dan orang lain ke mana tahanan akan dibawa.
“Dalam beberapa kasus, tampaknya ini merupakan bentuk penyanderaan,” katanya.
Bogber mengatakan 15 jurnalis dan aktivis masyarakat sipil yang secara vokal menentang invasi Rusia juga ditangkap dan tidak diketahui keberadaannya.
“Yang menjadi sasaran adalah aktivis pro-Ukraina, atau yang dianggap pro-Ukraina, oleh pasukan Rusia,” kata Bogner.
Staf PBB berusaha memverifikasi laporan lima jurnalis dan tiga aktivis telah dibebaskan, tapi keberadaan orang-orang itu tak diketahui.
PBB juga mencatat tujuh wartawan tewas sejak invasi 24 Februari. Mereka termasuk ribuan warga sipil, dan ribuan tentara dari kedua pihak.
Bogner juga mengatakan 1.081 warga sipil, termasuk 93 anak-anak, tewas. Namun, jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi karena tidak ada yang dapat diverifikasi.
Korban sipil di kota pelabuhan Muriopol, yang dihujani rudal dan artileri hampir setiap hari, sama sekali tidak diketahui. Pihak berwenang di Muriopol mengatakan jumlah korban mencapai 2.000 orang.
Jumlah ini dipastikan akan membengkak setelah satu serangan di sebuah teater, tepat warga sipil berlindung, kemungkinan menewaskan 300 orang.
Menurut Bogner, PBB memiliki sedikit akses tapi punya data satelit. Informasi bisa diperoleh dari kuburan massal di kota itu, termasuk yang menampung 200 mayat.