Bentrok dengan Warga Desa Kamboja, Pasukan Thailand Tembakkan Peluru Karet dan Gas Air Mata

Kekerasan tersebut menandai konfrontasi paling intens dalam beberapa bulan sejak gencatan senjata yang disepakati pada akhir Juli mengakhiri pertempuran antara negara tetangga Asia Tenggara tersebut.
JERNIH – Puluhan warga sipil Kamboja terluka ketika militer Thailand menggunakan gas air mata dan peluru karet saat terjadi bentrokan di daerah sengketa di perbatasan Thailand-Kamboja. Ini merupakan kekerasan paling signifikan sejak kedua negara menghentikan pertempuran lintas perbatasan pada bulan Juli.
Media lokal di Kamboja melaporkan bahwa 29 orang, termasuk penduduk desa setempat dan biksu Buddha, terluka dalam konfrontasi dengan pasukan Thailand pada Rabu (17/9/2025) sore, sementara militer Thailand mengatakan sejumlah pejabatnya juga terluka.
Kekerasan tersebut menandai konfrontasi paling intens dalam beberapa bulan sejak gencatan senjata yang disepakati pada akhir Juli mengakhiri pertempuran antara negara tetangga Asia Tenggara tersebut. Dalam pertempuran saat itu yang melibatkan artileri, tembakan roket, dan serangan udara menewaskan sedikitnya 48 orang di kedua negara dan menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi dari rumah mereka demi keselamatan.
“Kamboja mendesak Thailand menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan atau memperluas perselisihan,” kata Kementerian Pertahanan Kamboja dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di media lokal pada hari Kamis (18/9/2025), seraya mengecam militer Thailand atas tindakan yang melanggar kedaulatan dan hukum internasional Kamboja.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa kekerasan meletus di sekitar pemukiman perbatasan yang disengketakan, yang diklaim Thailand sebagai bagian dari Desa Ban Nong Ya Kaew di Provinsi Sa Kaeo. Wilayah yang sama diklaim Kamboja sebagai bagian dari Desa Prey Chan di provinsi Banteay Meanchey.
Militer Thailand mengatakan bahwa mereka menanggapi kedatangan sekitar 200 pengunjuk rasa Kamboja pada pukul 3:40 sore waktu setempat [08:40 GMT] yang mulai berdemonstrasi menentang pemasangan barikade dan kawat berduri untuk meningkatkan keamanan di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja.
Dalam waktu 30 menit setelah dikerahkan ke daerah titik api tempat para pengunjuk rasa dari kedua negara berkumpul selama beberapa minggu terakhir, pasukan Thailand menembakkan peluru karet dan menggunakan gas air mata “untuk mengendalikan situasi”, menuduh para demonstran Kamboja bersenjatakan tongkat kayu, batu, dan ketapel.
Perangkat akustik jarak jauh, yang menggunakan suara berkekuatan tinggi sebagai metode pengendalian massa, juga digunakan pasukan Thailand terhadap demonstran Kamboja, yang dipaksa mundur dari daerah tersebut, kata militer.
“Pada akhirnya, polisi pengendali massa dikerahkan untuk meredakan situasi sesuai dengan norma-norma internasional, menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk mencegah kerusuhan meluas menjadi kerusuhan besar-besaran,” ujar juru bicara militer Thailand, Winthai Suvari, dalam sebuah pernyataan.
Pihak berwenang Kamboja telah menanggapi cederanya warga sipil dengan serangkaian pernyataan, termasuk kementerian luar negeri yang menuduh tentara Thailand memasuki wilayah Kamboja dan menyerang penduduk yang secara damai mempertahankan rumah mereka.
“Provokasi berulang-ulang yang dilakukan militer Thailand … tidak hanya membahayakan gencatan senjata yang rapuh di sepanjang perbatasan tetapi juga secara serius merusak upaya yang sedang berlangsung oleh kedua pemerintah untuk menyelesaikan perselisihan melalui dialog dan negosiasi damai,” kata kementerian tersebut.
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menulis surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang menuduh pasukan Thailand memperluas zona konflik dengan mendirikan kawat berduri dan barikade, mengeluarkan ultimatum, dan secara paksa mengusir warga sipil Kamboja dari tanah yang telah lama dihuni.
Komite hak asasi manusia pemerintah Kamboja menyerukan masyarakat internasional untuk melakukan intervensi dan mendesak Thailand untuk menghormati hukum regional dan internasional.
Thailand dan Kamboja memiliki sejarah panjang sengketa perbatasan. Banyak titik yang tidak dibatasi di sepanjang perbatasan darat sepanjang 817 km (508 mil) dan masih diperebutkan kedua negara.





