Bersiap Hadapi Serangan AS, Iran Peringatkan Tetangganya untuk Tidak Bantu Washington

- Iran mengirim peringatan kepada Turki, Irak, Bahrain, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait.
- Tehran yakin Donald Trump akan membuktikan ancamannya dengan mengirim jet tempur untuk ngebom Tehran.
JERNIH — Iran menempatkan militernya dalam siaga tinggi, dan memperingatkan negara-negara tuan rumah pangkalan AS untuk tidak mendukung potensi serangan Paman Sam.
Langkah ini diambil Tehran menyusul surat Presiden Donald Trump ke Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, yang mendesak pembicaraan langsung untuk penghentian program nuklir. Trump mengancam akan mengebom Iran jika Tehran menolak kesepakatan baru.
Tehran menyangkal sedang berusaha membuat senjata nuklir, dan menolak pembicaraan langsung. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Aragachi menyebut usulan itu tidak berarti dan mempertanyakan
“Jika Anda menginginkan negosiasi, apa gunanya mengancam,” kata Menlu Iran Aragachi.
Tehran juga telah mengeluarkan pemberitahuan kepada Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Bahrain, agar tidak mengizinkan pasukan AS menggunakan wilayah udara mereka. Jika itu dilakukan, Iran akan menganggapnya sebagai tindakan permusuhan.
“Tindakan seperti itu akan memiliki konsekuensi parah bagi mereka,” kata pejabat Iran tak disebut nama.
Sumber itu mengatakan Ayatollah Ali Khamenei telah memerintahkan militer Iran waspada tinggi.
Tahun 2015 Iran menandatangani perjanjian untuk membatasi aktivitas nuklirnya. Perjanjian itu didukung PBB, dengan imbalan keringanan sanksi.
Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan itu tahun 2017 dan memberlakukan sanksi sebagai bagian kampanye tekanan maksimum terhadap Iran. Tehrah menanggapi dengan mengurangi kepatuhan berdasarkan kesepakatan tahun 2015.
Iran terbuka dengan perundingan tidak langsung, dengan Oman sebagai mediator. Perundingan tidak langsung, kata pejabat Iran, menawarkan kesempatan untuk mengevaluasi keseriusan Washington tentang solusi politik. Perundingan dapat dimulai jika sinyal AS asli, meski prosesnya dapat bermasalah.
Aragachi mengtakan Iran menginginkan perundingan dengan kesetaraan. Ia menggambarkan AS sebagai pihak yang terus-menerus mengancam menggunakan kekerasan yang melanggar piagam PBB.