Boeing E-6B, Pesawat Paling Mematikan Milik Amerika
JAKARTA – Modifikasi Boeing E-6B, yang mulai beroperasi pada Oktober 1998, dilengkapi dengan sistem untuk mengawasi jarak jauh rudal balistik antarbenua Minuteman (ICMB) melalui Airborne Launch Control System.
Dirilis media militer Amerika, seorang pengamat militer, Sébastien Roblin, memusatkan perhatian pada Boeing E-6 Mercury, pos komando udara, dan komunikasi laut Angkatan Laut AS berdasarkan Boeing 707-320.
Roblin menggambarkan pesawat sepanjang 46 meter itu sebagai “pesawat paling mematikan di Amerika”, mengingat E-6 dirancang untuk memerintahkan peluncuran rudal balistik nuklir berbasis darat dan laut.
Dalam peluncurannya, Roblin mencatat, E-6 menyediakan hubungan komunikasi antara “otoritas komando nasional (dimulai dengan presiden dan menteri pertahanan) dan pasukan nuklir AS.
“Bahkan jika pusat komando darat berbasis dihancurkan oleh serangan pertama musuh,” kata Roblin.
“Dengan kata lain, Anda dapat memenggal kepala pasukan nuklir AS, tetapi tubuh akan terus mendatangi Anda, berkat pesawat-pesawat ini,” Roblin melanjutkan.
Sebelumnya, pada tahun 1998, pesawat E-6A ditingkatkan menjadi model E-6B. Sehingga memperluas kemampuan dengan memungkinkannya berfungsi sebagai Pos Komando Nuklir Udara dan juga area staf pertempuran.
Dia menambahkan, Boeing tersebut memiliki kapasitas yang memumpuni dan berfungsi sebagai cadangan untuk empat pesawat pos komando E-4 besar berdasarkan 747 Jumbo jet.
Roblin menunjuk ke banyak peralatan komunikasi on-board E-6B yang juga memungkinkan pesawat untuk melakukan serentetan operasi Komando, Kontrol, dan Komunikasi (C3) non-nuklir di Eropa dan Timur Tengah.
Armada E-6B, yang berbasis di Pangkalan Angkatan Udara Tinker di Oklahoma, saat ini dioperasikan oleh Dua Skuadron Pengintai Udara Armada Angkatan Laut yang pada gilirannya di bawah komando Wing Strategic Communications Wing 1 Angkatan Laut AS.
Platform E-6 nantinya beroperasi sampai 2040, berkat program perpanjangan layanan-hidup dan tweak terus-menerus untuk sistem dan radionya.
“Sementara Merkurius telah menunjukkan kegunaannya sebagai pusat komunikasi udara untuk mendukung pasukan di lapangan, pos komando udara akan dianggap sukses jika tidak pernah harus menjalankan misi utamanya”, Roblin menambahkan. [Fan]