Dari Kompetisi Nasional Menuju Panggung Internasional: Jalur Strategis KPN+ Menuju Ananda Sukarlan Award

Oleh Doddi Ahmad Fauji
Indonesia memiliki ekosistem kompetisi musik klasik yang strategis dan terstruktur, yang memungkinkan para musisi muda dapat meniti karier dari tingkat nasional ke tingkat internasional. Jalur ini ditempuh melalui Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+) dan perhelatan Ananda Sukarlan Award (ASA).
Kompetisi Piano Nusantara Plus saat ini menjadi kompetisi musik klasik dengan peserta terbanyak di Indonesia. Dengan cakupan 477 peserta dari seluruh penjuru tanah air pada 2024 lalu, KPN+ menjadi ajang pembinaan, pencarian bakat, dan pembentukan mental kompetitif sejak usia dini. Tambahan “plus” bermakna bahwa kompetisi ini bukan hanya untuk piano, tapi juga untuk semua instrumen dan vokal klasik.
Keunggulan terbesar KPN+ adalah menjadi “golden ticket” untuk memasuki perhelatan Ananda Sukarlan Award (ASA) — kompetisi musik klasik paling prestisius di Indonesia yang didirikan oleh Pia Alisjahbana dan Dedi Panigoro pada 2008 untuk piano di Jakarta, serta ikut didukung oleh Amadeus Enterprise pimpinan Patrisna May Widuri di Surabaya untuk vokal klasik. Dengan kata lain, pemenang KPN+ tak hanya menang di tingkat nasional — mereka mendapat akses langsung ke dunia profesional internasional; mengikuti KPN+ adalah langkah awal strategis menuju ASA dan karir musik tingkat dunia. Golden Ticket ini memungkinkan para pemenang KPN+ masuk langsung ke babak final ASA tanpa melalui seleksi ketat babak semifinal melalui video (semua semifinalis ASA 2025 bisa dilihat di YouTube dengan kata kunci “ananda sukarlan award 2025”).
Hal di atas telah dipraktekkan tahun lalu, dan terbukti sangat efektif bagi para pemenang KPN+ 2024. Itu sebabnya pianis Ananda Sukarlan akan mengaplikasikan Golden Ticket to ASA untuk setiap KPN+, termasuk edisi tahun ini (2025) yang akan dimulai di Padang bulan Agustus dan berlanjut di 10 kota lainnya di Sumatra, Jawa dan Kalimantan, berdasarkan data di Instagram @pianonusantaraplus .
Sabtu, 24 Mei 2025, Ananda Sukarlan telah mengumumkan nama para finalis ASA 2025. Dari 30 finalis, 12 di antaranya adalah penerima Golden Ticket to ASA dari Kompetisi Piano Nusantara Plus tahun lalu.

Tentang ASA
Dimulai sejak 2008, dengan standar repertoire dan menuntut teknik permainan tinggi serta juri bereputasi internasional, ASA menjadi kompetisi piano klasik tertua di Indonesia. Diselenggarakan periodik tiap dua tahun, kompetisi ini telah membuktikan konsistensinya dalam menghasilkan musikus berkualitas dan reputasi tinggi seperti Calvin Abdiel Tambunan, Anthony Hartono, Dr. Edith Widayani, Ayunia Indri Saputro yang juga segera bergelar Doktoral di University of Michigan, Ann Arbor, atau yang lebih muda seperti Randy Ryan dan Vivienne Thamrin, serta vokalis Isyana Sarasvati, Pepita Salim, Alice Cahya Putri (yang kini berkarir di Singapura) atau Mariska Setiawan. Pemenang ASA mendapatkan pengakuan internasional, termasuk beasiswa ke Perancis melalui kerjasama dengan Institut Francais d’Indonesie dan beasiswa kuliah di Australian Institute of Music. Pengetahuan mendalam dan kepiawaian mereka akan karya-karya komposer Indonesia menambah daya bargaining dan “nilai jual” mereka di dunia internasional, menjadikan ASA sebagai tolokukur kualitas musisi klasik Indonesia.
ASA dan KPN+ juga memperkuat simbiosis musik dan sastra, khususnya genre tembang puitik.
Musik dan sastra adalah dua cabang seni yang sejak lama saling terkait. Ananda Sukarlan Award (ASA) dan Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+) terbukti berperan penting dalam menghidupkan dan memperkuat hubungan ini melalui panggung kompetisi musik klasik yang mereka selenggarakan.
Para vokalis tahun ini memilih tembang puitik tanpa intervensi Ananda berdasarkan teknik, karakter dan selera mereka. Tahun ini banyak diminati puisi Sapardi Djoko Damono, Juniarso Ridwan, Isbedy Stiawan ZS, Joko Pinurbo, Doddi Ahmad Fauji, Wayan Jengki Sunarta, Yoevita Soekotjo dan penyair internasional seperti Emily Dickinson atau Walt Whitman.
Ananda Sukarlan sendiri, sebagai figur sentral di kedua kompetisi ini, dikenal kerap mengadaptasi puisi dan cerita lokal ke dalam komposisi musiknya, terutama karya vokal dan piano solo.
ASA & KPN+ Mendorong Interpretasi Sastra lewat Musik
Peserta ASA dan KPN+ tidak hanya dinilai dari kemampuan teknis, tetapi juga dari bagaimana mereka mampu menghayati dan menyampaikan cerita atau emosi yang terkandung dalam karya sastra yang diangkat. Ini memberi penghargaan tersendiri pada kepekaan dan pemahaman sastra para musisi muda.
Melalui jalur kompetisi dan pertunjukan internasional, karya musik yang berakar dari sastra Indonesia diperkenalkan kepada audiens global yang bukan pecinta sastra. Hal ini tidak hanya mengangkat nama musikus Indonesia, tapi juga memperluas apresiasi terhadap sastrawan nusantara di kancah internasional tanpa batasan bahasa, karena musiknya “menginterpretasi” metafora puisi itu.
Dengan menggabungkan musik dan sastra dalam program-program mereka, ASA dan KPN+ turut membangun ekosistem seni yang berkelanjutan, yang menghargai kekayaan budaya Indonesia secara holistik dan mendorong lahirnya karya-karya baru yang kaya makna. Ini membuat ASA dan KPN+ lebih dari sekadar kompetisi musik; ini platform vital yang mempromosikan sinergi antara musik dan sastra, menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya Indonesia melalui seni, serta membuka pintu apresiasi yang lebih luas baik di dalam negeri maupun di panggung dunia.
(Diolah dari press release panitia ASA dan KPN+).