Demi Gapai Cita-cita, Puluhan Anak Sekolah Panjat Tembok Setiap Pagi
KUPANG-Pemandangan puluhan anak sekolah yang memanjat tembok setinggi sekitar empat meter itu menjadi hal yang rutin terjadi setiap pagi. Anak-anak itu adalah murid SD Kristen Petra Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang hendak berangkat ke sekolahnya.
Para sisiwa yang tingginya rata-rata satu meter itu berjuang sekuat tenaga, saling bahu membahu dan saling membantu untuk dapat memanjat dan melintasi tembok dengan tujuan cepat sampai sekolah.
“Tiap hari kami terlambat ke sekolah gara-gara harus berulang kali panjat tembok tinggi ini. Saya kesulitan karena temboknya tinggi sekali,” kata Juliana, salah satu siswa kelas VI SD Kristen Petra Alak, mengeluhkan keberadaan tembok yang dirasa mengganggunya.
Baca juga: Sekolah Di Natuna Diliburkan, Mendagri Terbitkan Telegram
Tembok itu baru dibangun sekitar tiga bulan silam oleh pemilik lahan, yakni seorang pengusaha sukses di Kota Kupang. Juliana berharap tembok dibongkar agar ia tidak terlambat sampai sekolah.
“Kalau dulu belum ada tembok tinggi ini, kami tidak pernah terlambat ke sekolah,” kata Juliana, yang berharap tidak harus melompat tembok lagi “Kami hanya minta agar tembok ini segera dibongkar,”.
Menurut Juliana, ia dan kawan-kawannya sejak dulu melintas jalur itu. Dan ketika tembok dibangun, mereka terpaksa memilih melompat tembok karena itu jalan tercepat untuk sampai sekolahnya. Ada jalan alternatif untuk ke sekolah. Namun, jaraknya menjadi semakin jauh untuk sampai ke sekolah. Jaraknya bisa mencapai enam kilometer.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Sekolah SD Kristen Petra Alak, Frengky Kase mengeluh, sejak dibangun tembok sekitar tiga bulan yang lalu muridnya jadi sering terlambat. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah yang awalnya hanya lima hingga sepuluh menit, kini harus ditempuh sekitar 20 menit karena harus bergantian naik tembok.
“Ada kekhawatiran, saat memanjat bisa saja mereka jatuh dan luka, dan ini yang perlu kita harus antisipasi dengan berupaya mediasi dengan pihak kelurahan dan juga pemilik lahan tersebut,” kata Frengky.
“Sudah 1 bulan kami menunggu tapi belum ada solusi sama sekali, baik itu dari pihak kelurahan dan juga pemilik lahan tersebut yang kami dengar milik Pitoby,”
(tvl)