Di Kashmir, Sampah Plastik Ditukar Koin Emas
- Semua kebijakan pemerintah lokal tak dijalankan, dan berbagai petisi dilayangkan.
- Seorang pengacara punya cara menggerakan masyarakat untuk mengumpulkan sampah plastik.
JERNIH — Farooq Ahmad Ganai, seorang pengacara di Kashmir India gundah dengan serakan dan tumpukan sampah platik di Desa Sadiwara, Distrik Anantnag, selatan Kashmir. Ia meluncurkan program Give Plastic and Take Gold, dan segalanya berubah.
Program berjalan tahun lalu setelah Ganai, kini berusia 51 tahun, mendengar keluhan seorang rekan tentang tumpukan sampah yang menggunung dan berceceran di jalan-jalan. Kegundahan Ganai menjadi-jadi karena dia juga seorang sarpanch, atau kepala desa, di blok Hiller Shahabad yang harus membawa perubahan.
Ia segera merumuskan proyek; menawarkan koin emaps bagi pengumpul sampah plastik. Ia merekrut relawan dari dinas kebersihan, lansia, anggota gerakan pemuda kampung, dan pegawai dari dinas lain. Pada 7 Januari 2023, pemerintah distrik Anantnag merestui program ini.
Di bawah skema itu, siapa pun yang mengumpulkan 20 kwintal, atau dua ton, sampah plastik mendapatkan koin emas 10 gram. Ada juga hadir koin emas lima gram bagi yang hanya bisa mengumpulkan satu ton. Pemerintah desa juga mulai memungut retribusi sebesar 30 rupee atau Rp 5.500, per rumah.
Dalam 15 hari sejak program diluncurkan, 12 titik tumpukan sampah plastik di lahan seluas satu kilometer dibersihkan. Sungai Pranigram, yang berhulu di Vatsta yang berusia berabad-abad, juga bersih.
“Dalam empat sampai lima bulan sejak kampanya diluncurkan, desa kami bebas sampah,” kata Ganai. “Namun, program ini tidak akan bisa menjadi solusi yang bertahan lama untuk mengekang pengggunaan plastik dan polietilen.”
Dilarang, Makin Digunakan
Sejak 2016 Pengadilan Tinggi Jammu-Kashmir dan Ladakh mengeluarkan perintah yang melarang penggunaan polietilen dan plastik sekali pakai di wilayah itu. Di masyarakat, terjadi peningkatan penggunaan dua bahan berbahaya itu, yang membuat tumpukan plastik terlihat di pinggir jalan dan sungai.
Departemen Pembangunan Perkotaan Distrik Anantnag mengatakan wilayah tempat Ganai bermukim menghasilkan 3.000 metrik ton sampah setiap hari, dengan plastik menyumbang 40 persen. Jumlah ini akan meningkat sekian kali lipat jika tidak langkah-langkah tertentu tidak diambil.
Shafkat Nazir, pengacara yang mengajukan petisi untuk meminta penerapan peraturan pengelolaan limbah padat, mengatakan sangat disayangkan pihak berwenang menggagalkan penerapan aturan meski banyak arahan yang dikeluarkan.
Seorang petugas dari Perusahaan Kota Srinagar mengatakan peraturan hanya bisa dijalankan jika ada tenaga kerja, infrastruktur, dan lebih banyak tempat pembuangan sampah.
Hanya ada satu tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di Kashmir India, yaitu di Srinagar, dan dinyatakan berbahaya bagi kesehatan karena mengeluarkan bau tak sedap.
“Mereka mengumpulkan sampah dan membuangnya ke TPA, tapi tidak diolah dengan benar,” kata Nazir. “Ini akan berdampak serius bagi kesehatan masyarakat.”
Nazir membuat petisi lagi ke pengadilan agar tidak membuang limbah berbahaya di dekat badan air. Petisi tinggal petisi, di masyarakat segalanya tak berubah.
Perubahan itu ada pada diri Ganai, yang mengubah sampah plastik menjadi emas. Sampah plastik juga bisa diolah untuk memperindah jalan.
Kini, 35 desa mereplikasi gagasan Ganai. Riyaz Ahmad Shah, asisten komisaris Distrik Anantnag, mengatakan kampanye itu mendapatkan respon yang baik dan kini berlaku di semua desa di Kashmir-India.