Crispy

DJI Osmo Nano: Eksperimen Baru Kamera Aksi Mini dari DJI

DJI Osmo Nano adalah eksperimen berani. Ia menghadirkan kombinasi desain mini, ekosistem modular, dan fitur pro-grade dalam bentuk yang belum banyak pesaing berani lakukan.

JERNIH – Dalam beberapa tahun terakhir, pasar kamera aksi semakin kompetitif. Nama-nama seperti GoPro dan Insta360 berulang kali meluncurkan inovasi, mulai dari sensor lebih besar hingga sistem modular yang fleksibel. Kini, giliran DJI yang memperkenalkan Osmo Nano (September 2025) — sebuah kamera aksi super mini yang tidak hanya mengejar ukuran, tetapi juga menyasar pengalaman penggunaan yang berbeda.

Kamera Berbentuk Kapsul

Unit utama Osmo Nano hanya berukuran 57 × 29 × 28 mm dengan bobot sekitar 52 gram. Bentuknya menyerupai kapsul kecil, namun di dalam tubuh mungil itu tersimpan sensor CMOS 1/1.3 inci yang sama dengan kamera aksi kelas atas DJI. Kamera ini mampu merekam hingga 4K/60fps, bahkan menyediakan opsi 4K/120fps slow motion.

Secara teori, angka tersebut menjadikannya salah satu kamera aksi paling mumpuni di kelas mini. DJI bahkan menyematkan dukungan 10-bit color serta profil D-Log M, fitur yang biasanya hanya ditemukan di kamera profesional. Dengan demikian, Osmo Nano tidak sekadar ditujukan bagi pengguna kasual, tetapi juga kreator konten yang mengutamakan fleksibilitas pasca produksi.

Modularitas: Dock sebagai Pusat Kendali

Keunikan Osmo Nano bukan hanya pada ukuran, melainkan juga ekosistem yang dibangunnya. DJI menghadirkan Vision Dock, modul tambahan yang berfungsi sebagai layar kontrol (OLED 1,96 inci), baterai ekstensi, serta penyimpanan tambahan.

Kombinasi keduanya menghasilkan daya tahan baterai hingga 125–135 menit pada 4K/30fps, bahkan bisa mencapai 200 menit pada 1080p/24fps. Tanpa dock, modul kamera hanya bertahan sekitar 55–90 menit, tergantung resolusi. Dengan kata lain, dock adalah elemen vital yang mengubah Nano dari “kamera wearable” menjadi kamera aksi yang utuh.

Namun, ada kompromi penting. Dock hanya memiliki rating IPX4 (tahan cipratan), berbeda dengan modul kamera yang sudah IPX8 (tahan air hingga 10 meter). Artinya, pengguna yang ingin membawa kamera ini menyelam tetap harus melepas dock, yang tentu mengurangi fleksibilitas penggunaan.

Portabilitas dan Kendali Hands-Free

DJI memanfaatkan ukuran mungil Nano untuk menghadirkan pengalaman baru: kendali lewat gestur, suara, atau bahkan ketukan kepala. Kamera bisa dipasang dengan magnet di topi, kalung, helm, atau permukaan logam. Kreator yang membutuhkan sudut-sudut unik akan sangat terbantu, sebab pemasangan tidak serumit action cam tradisional.

Bagi vlogger atau jurnalis independen, fitur ini terasa praktis. Ditambah lagi, Osmo Nano bisa langsung terhubung dengan mikrofon DJI, bahkan mendukung hingga dua mic eksternal tanpa receiver tambahan. Dari sisi workflow, DJI jelas ingin agar Nano masuk ke ekosistem produksi konten ringan namun profesional.

Kelemahan yang Tidak Bisa Diabaikan

Meski impresif, beberapa keterbatasan muncul dalam pengujian. Pertama, baterai tidak bisa diganti. Dengan kapasitas kecil, pengguna wajib bergantung pada dock atau powerbank. Kedua, preview video terbatas: saat kamera dilepas dari dock, pengguna tidak bisa melihat live view, sehingga framing harus dilakukan “buta” atau dengan menebak sudut.

Ketiga, performa cahaya rendah masih menjadi kelemahan. Sensor 1/1.3 inci cukup baik untuk siang hari, tetapi dalam kondisi gelap noise mulai mendominasi, dan bagian sorotan kadang overexposed. Dibandingkan kamera smartphone premium atau action cam dengan sensor lebih besar, Osmo Nano masih tertinggal.

Perbandingan dengan Kompetitor

Jika dibandingkan Insta360 Go Ultra, pesaing terdekat di kategori kamera mini, DJI Osmo Nano unggul dalam kualitas gambar berkat dukungan 10-bit dan D-Log M. Namun, Insta360 menawarkan sistem preview yang lebih intuitif tanpa ketergantungan pada dock. Dari sisi audio, DJI lebih unggul karena integrasi mikrofon eksternal yang lebih sederhana.

Dengan harga jual yang diperkirakan di kisaran kamera aksi kelas menengah-atas, DJI seakan ingin menempatkan Nano sebagai “kamera kedua” — bukan pengganti kamera aksi utama. Ia lebih tepat diposisikan sebagai pelengkap untuk sudut-sudut unik, rekaman POV, atau konten vlog spontan.

Namun, seperti semua eksperimen, ada kompromi: baterai terbatas, dock kurang tahan air, dan kendala preview.

Bagi kreator yang mencari kamera aksi utama untuk semua kebutuhan, GoPro atau DJI Osmo Action 5 masih lebih aman. Tapi bagi mereka yang ingin kamera mungil dengan kemampuan warna profesional dan sudut unik, Osmo Nano adalah perangkat kecil yang membuka kemungkinan besar.(*)

BACA JUGA: Produknya Diturunkan dari Rak Raksasa Ritel, Perusahaan Cina DJI Bantah Drone Buatan Mereka Dipakai Rusia di Ukraina

Back to top button