Doni Monardo Dapat Arahan “Ayahanda” Try Sutrisno
JERNIH– Politik kesejahteraan yang digulirkan Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo, terus menggelinding. Terbukti dengan semakin banyaknya apresiasi para senior purnawirawan TNI-AD terhadap organisasi purnawirawan TNI Angkatan Darat yang dibentuk pada Tanggal 6 Agustus 2003 itu.
Senin (13/6) pagi, Gedung PPAD kedatangan para senior dari unsur Badan Pertimbangan PPAD, yang dipimpin langsung ketuanya, Jenderal TNI Purn Try Sutrisno, Wakil Presiden RI ke-6 (1993 – 1998). Hadir anggota Badan Pertimbangan PPAD yang lain, Jenderal TNI Purn Ryamizard Ryacudu Menteri Pertahanan RI, 2014 – 2019, Jenderal TNI Purn Mulyono, Kasad 2015 – 2018, Jenderal TNI Purn Agustadi Sasongko Purnomo, Kasad 2007 – 2009, Letjen TNI Purn Kiki Syahnakri, 2000 – 2002, dan lain-lain.
Doni Monardo menyambut langsung kehadiran Try Sutrisno. Dalam kata sambutan, Doni memakai sebutan “ayahanda” kepada Try Sutrisno, yang masih tampak bersemangat.
Sebelum Ketua Umum Doni menyampaikan welcome speech, staf Bidang Komunikasi PPAD menayangkan video berdurasi 4,5 menit tentang “sekilas PPAD dan politik kesejahteraan”. Sebuah tayangan tentang positioning PPAD 2021 – 2026 di bawah kepemimpinan Doni Monardo.
“Perlu kami laporkan kepada ayahanda, atas permintaan anggota, kami sedang dan terus melakukan koordinasi dengan sejumlah pejabat agar pemerintah bisa memberikan dukungan kepada para purnawirawan pada tahun 2022 ini atau paling lambat tahun depan,” kata Doni.
Dari daerah-daerah, Doni juga menyerap aspirasi agar PPAD ke depan bisa membantu mencarikan terobosan, agar kualitas kehidupan para pensiunan bisa makin baik, khususnya di bidang kesehatan dan perumahan. “Tidak sedikit purnawirawan yang masih menempati rumah dinas karena tidak punya rumah pribadi,” katanya.
Doni juga melaporkan pesan terakhir almarhum Jenderal TNI Wijoyo Suyono sebelum wafat. “Beliau terus menaruh perhatian terhadap politik kesejahteraan PPAD dengan menanyakan apakah PPAD sudah membentuk koperasi, PT, yayasan atau badan-badan hukum untuk menjalankan berbagai kegiatan ekonomi. Dan kepada ayahanda Try Sutrisno saya laporkan, hingga hari ini masih dalam proses pendirian badan hukum,” ujar Doni.
Selanjutnya, Doni berharap arahan dari para sesepuh dan senior, agar ke depan pengurus pusat PPAD lebih mantap dalam melakukan progam kesejahteraan bagi para purnawirawan. “Selain itu, pak Kiki (Letjen TNI Purn Kiki Syahnakri – red), juga telah berpesan kepada kami tentang politik negara, dalam kaitan amandemen UUD 1945,” ujar Doni.
Bangsa Pejuang
Sebelum menyampaikan arahannya, panitia menayangkan video pendek berisi pesan Try Sutrisno kepada PPAD. Dalam video pendek itu, Try menyoal pentingnya PPAD memikirkan sektor pangan alternatif, untuk mengantisipasi krisis pangan di masa yang akan datang.
Panglima ABRI (1988–1993) itu menyampaikan tiga point. Pertama, PPAD harus menjaga dan mengobarkan jiwa pejuang. Kedua, pentingnya PPAD menggarap sektor pangan dan energi, mengantisipasi krisis pangan dan krisis energi di era mendatang. Ketiga, PPAD harus ikut mengawal jalannya negara dengan membuat kajian kondisi bangsa dan tata negara pasca amandemen UUD 1945.
Kepada para juniornya, Try berpesan agar PPAD harus mempersiapkan anggotanya agar tidak saja siap menghadapi berbagai tantangan. Ingat, kata Try, TNI adalah tentara pejuang, tentara rakyat, dan tentara nasional. “Yang pensiun status administrasinya, tetapi jiwa pejuangnya tidak pernah ada kata pensiun,” tegasnya.
Kita, kata Try Sutrisno, digembleng oleh TNI untuk mengyahati doktrin. Karenanya harus mewakili semangat juang leluhur. Bahwa datangnya kemerdekaan Indonesia, adalah berkat keringat dan pengorbanan jiwa rata pejuang. “Karenanya PPAD harus mengingatkan kepada bangsa ini, ihwal atribut pejuang yang melekat pada bangs akita,” ujar Try.
Ayah tujuh anak lalu menyitir pengantar Doni Monardo sebelumnya, ihwal orientasi organisasi menuju peningkatan kesejahteraan purnawirawan melalui semangat dan jiwa kewirausahaan. “Entah karena perang, entah karena perubahan iklim, entah karena wabah, tetapi ancaman krisis pangan sangat nyata. Karena itu kita harus waspada dan bersiaga,” ujarnya.
Try meminta PPAD ikut mensosialisasikan, bahwa sumber karbohidrat tidak hanya beras dan gandum. “Dulu, orang Papua, Maluku dan Indonesia timur makan sagu. Masyarakat madura makan jagung. Tapi kita kemudian di-beras-kan. Sampai-sampai orang Papua pun tergantung beras. Ini keliru,” katanya.
Karena itu, kita harus mengembalikan tradisi dan budaya pangan kita. Sejarah masa lalu Nusantara menunjukkan kita sebagai bangsa yang unggul. Banyak relief dan prasasti yang membuktikan itu.
Try Sutrisno mencatat ada 10 bahan pangan khas lokal dan asli milik bangsa Indonesia. Di antaranya, sorgum, jagung, sagu, porang, sukun, talas, ketela, ubi jalar, singkong, kedelai, terigu. “Bahkan sudah ada penelitian, kandungan gizi dan karbohidrat sukun sama dengan beras,” katanya.
Karena itu, Try menyarankan agar PPAD memulai dengan penanaman pohon yang memiliki manfaat ekonomis, dimulai dari rumah para purnawirawan. Lebih dari itu, menanam setiap jengkal tanah atau lahan kosong yang tidak produktif, menjadi lahan produktif melalui aneka jenis tanaman pangan.
PPAD harus menjadi pelopor, hingga akhirnya diadopsi menjadi politik negara. Try menyebut contoh Thailand. Saat negara dilanda krisis moneter tahun 80-an, Raja Thailand memerintahkan rakyatnya memelihara lele dan belut. Apa yang terjadi? Di tengah krisis, rakyat Thailand tetap tercukupi kebutuhan proteinnya. Sisa budidaya lele dan belut, bahkan bisa diekspor menjadi devisa negara. (*)