Crispy

Empat Kuburan Massal Korban Pembantaian Rwanda 24 Tahun Lalu Ditemukan

  • Temuan ini memunculkan pertanyaan berapa kuburan massal lagi yang disembunyikan para pembantai.
  • Kuburan massal terletak tidak jauh dari Monumen Pembantaian Rawanda.

JERNIH — Empat kuburan yang menembunyikan ribuan korban Pembantaian Rwanda 24 tahun lalu ditemukan.

Situs The New Times memberitakan jenazah pertama ditemukan, Minggu 7 Mei di kedalaman 80 kaki. Alarm segera dibunyikan dan penggalian berlanjut.

Ibuka, organisasi penyintas genosida, mengatakan kepada The Associated Press antara 2.000 sampai 3.000 korban pembantaian dimakamkan di kuburan massal.

Kuburan tak bertanda itu terletak di Propinsi Kigali, tidak jauh dari Monumen Genosida Kigali — tempat 250 ribu korban dimakamkan.

Pembantaian Rwanda menekan 800 ribu korban, kebanyakan suku Tutsi dan moderat Hutu. Tidak ada upaya mencegah pembantaian itu karena Rwanda dipandang bukan negara denan kekayaan alam layak dikuasai Barat.

The New Times melaporkan penyintas genosida muncul di salah satu kuburan dengan harapan dapat mengidentifikasi anggota keluarga yang hilang. Mereka membolak-balik album foto lama yang ditemukan di kuburan itu.

Mereka juga mempelajari pakaian di tubuh jenazah yang relatif masih utuh. Mereka percaya dapat mengingat apa yang dikenakan kerabat saat mereka dibunuh.

Cameron Hudson, direktur Pusat Pencegahan Genosida Simon-Skodjt di Museum Holocaust AS di Washington DC, mengatakan kepada NPR bahwa orang-orang dibunuh di mana-mana saat itu; di gereja, sekolah, dan rumah sakit.

Hudson tidak terkejut dengan temuan kuburan berisi ribuan korban. “Menyedihkan untuk mengatakannya, tetapi itu buan kejadian yang tidak biasa,” kata Hudson. “Rwanda penuh dengan kuburan massal.”

Naomi Kikoler, wakil direktur Simon-Skodt Center, mengatakan penemuan itu menimbulkan kekhawatiran ketika warga Rwanda mencoba melewati hari-hari kelam 24 tahun lalu.

“Temuan korban pembantaian ini menimbulkan pertanyaan berapa lagi kuburan yang belum ditemukan, mengapa para pembantai tidak mengungkapkan lokasinya,” katanya kepada NPR.

Oran Rwanda mengatakan terkejut dengan temuan ini dan yakin tetangga mereka tahu tentang kuburan tapi tak pernah bungkam selama 24 tahun.

“Mereka yang berpartisipasi dalam pembantaian tidak memberi tahu kami di mana korban dikuburkan,” kata seorang penyintas kepada The Associated Press. “Bagaimana kami bisa berdamai dengan orang-orang seperti itu.”

Kikoler mengatakan; “Penyintas ditolak penutupannya, para korban ditolak penguburannya.”

Bahkan, masih menurut Kikoler, setelah 24 tahun masih ada kerincuan untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kerabat yang mereka cintai. Meski begitu banyak yang berharap orang yang mereka cintai bisa ditemukan hidup-hidup.

Back to top button