Epidemiolog: Tanpa PSBB Ketat Puncak Covid-19 Masih Lama
Banyak pemimpin menyebut waspada gelombang dua, padahal gelombang pertama saja belum selesai.
JERNIH-Sepanjang pemerintah tidak mengambil kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara berat, maka diperkirakan Indonesia tidak akan mencapai apa yang disebut puncak Covid-19. Pendapat itu disampaikan Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono.
Pria yang biasa dipanggil Miko, memberi contoh penerapan PSBB pertama dan kedua yang berlangsung di DKI Jakarta pada April 2020 lalu. Ia menilai penerapan PSBB tersebut cenderung mengarah ke PSBB sedang dan ringan. Menurut Tri, seharusnya PSBB yang diterapkan adalah PSBB ketat, yakni dengan kebijakan lockdown.
“Puncak kasus Covid-19 tidak akan pernah terjadi kalau kita enggak melakukan PSBB berat. Sedangkan PSBB pertama dan kedua itu aja sedang ke arah ringan begitu,” kata Miko, Minggu (30/8/2020).
Ditambahkan Miko, dampak dari tidak adanya puncak kasus Covid-19 maka penurunan kasus Covid-19 akan lebih lama waktunya.
Miko memberi contoh pemerintah China yang dengan cepat dan tegas melakukan lockdown, sehingga dalam waktu tiga bulan kasus Covid-19 di China berhasil turun.
“Orang yang lockdown aja di China itu 3 bulan. Itu artinya PSBB berat. Kalau PSBB sedang sampai ringan ya bisa sampai 5 bulan. Bisa enam bulan. Kita baru satu bulan PSBB saja sudah kapok,”.
Beberapa hari sebelumnya Ahli epidemiologi (wabah) Pandu Riono, dalam diskusi daring Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi COVID-19, Sabtu (22/8/2020), menyebut puncak kasus covid-19 RI baru akan mencapai puncaknya pada awal semester pertama hingga pertengahan 2021. Sementara tingkat penularannya mulai melandai pada akhir 2021 hingga 2022.
“Kecepatan penularan dilihat bertahap, dari beta statistik percepatan transmisi, wow kaget. Kalau tidak melakukan penanganan secara serius, kemungkinan akan terus sampai 2021, pertengahan atau awal semester pertama baru sampai puncaknya,”
Pandu menyebut prediksinya didasarkan pada penilaian penanganan pandemi Covid-19 saat ini masih sangat lambat. Jika penanganan pandemi tak kunjung serius,ia khawatir pada titik puncak tahun depan, infeksi harian tertinggi dapat mencapai 60 ribu kasus.
Randu bahkan melihat kurva penyebaran Covid-19 sejak awal Maret, belum ada tanda-tanda akan melandai. Bahkan, pada Jumat (28/8) kasus positif virus corona harian kembali memecahkan rekor baru, bertambah 3.003 orang dalam 24 jam. (tvl)