In Memoriam Benediktus XVI: Mantan Prajurit Hitler yang Enggan Jadi Paus
- Saat konklaf, Benediktus XVI berdoa agar tidak ditunjuk menjadi Paus, tapi Tuhan tak mendengar doanya.
- Ia merasa lebih cocok sebagai penjaga doktrin, pembaharu, dan penasehat bagi Paus.
JERNIH — Benediktus XVI, paus pertama yang mengundurkan diri dalam 600 tahun, meninggal dunia. Banyak kisah tentang dirinya ditulis kembali, tapi perjalanan masa mudanya tak banyak diketahui.
Lahir 16 April 1927 di Marktl am Inn, Bavaria, Jerman, Joseph Aloisius Ratzinger — nama Benediktus XVI yang diberikan ayahnya — adalah anak ketiga dan bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya, Joseph Ratzinger Sr seorang petugas polisi. Maria Ratzinger, ibunya, adalah ibu rumah tangga.
Pada usia lima tahun Benediktus XVI mengatakan kepada ayahnya bahwa dirinya ingin menjadi kardinal, karena terpesona dengan jubah Uskup Agung Munich yang berkunjung ke kota kecil kelahirannya.
Setelah perebutan kekuasaan oleh Nazi, Ratzinger Sr mengalami penurunan pangkat karena penentangannya terhadap pemerintahan fasis. Namun, Benediktus XVI, yang berusia 14 tahun pada tahun 1941, secara wajb direkrut menjadi Pemuda Hitler.
Sebagai Pemuda Hitler, Benediktus XVI tercatat sebagai anggota tak antusias. Dua tahun kemudian dia direkrut menjadi anggota korp artileri anti serangan udara, dan dilatih sebagai infanteri.
Tahun 1945, saat pasukan AS mendekat, Benediktus XVI meninggalkan psosinya. Dia ditngkap pasukan AS dan ditawan sebentar di kamp tawanan perang sampai dibebaskan pada akhir perang.
Tahun beriktunya Benediktus XVI dan Georg, kakaknya, mendaftar di Seminari Saint Michael di Traunstein, dan Seminari Ducal Georgiarum di Universitas Ludwig-Maximilian di Munich.
Keduanya ditahbiskan tahun 1951 oleh Kardinal Michael von Faulhaber, sosok yang membuat Benediktus XVI terkagum-kagum dengan jumbah kardinal saat kecil.
Tahun 1953 Joseph Ratzinger menyelesaikan Phd dengan tesis tentang St Augustine dan Gereja. Empat tahun kemudian dia memenuhi syarat sebagai profesor universitas. Ia mengajar teologi di Freising, Bonn, Munster, Tubingen, dan Regensberg.
Asteroid Ratzinger
Tahun 1962-1965, Benediktus XVI berpartisipasi dalam Konsili Vatikan Kedua, sebuah pertemuan ekumenis besar yang banyak merombak doktrin Katolik, memperbaruinya untuk kebutuhan abad ke-20. Di antaranya, Misa dalam bahasa sehari-hari, dan menghilangkan referensi ligurgi Yahudi sebagai pembunuh Kristus.
Ia juga bertindak sebagai konsultan teologis untuk Kardinal Frings dari Koln, menjadi promotor yang kuat terhadap prinsip dialog ekumenis antara Gereja Katolok dan agama lain, serta penghormatan terhadap agam lain.
Tahun 1977, Benediktus ditahbiskan sebagai uskup ketika diangkat menjadi Uskup Agung Munich dan Freising, serta Kardinal Imam Santa Maria Concolatrice al Tiburtino oleh Paus Paulus VI.
Tiga tahun kemudian dia diangkat menjadi Prefek Kongregasi Suci untuk Ajaran Iman, sebelumnya Inkuisisi Romawi. Saat itu pula ia mulai menaiki jajaran Dewan Kardinal.
Tahun 1998 sebuah asteroid ditemukan dan diberi nama 8661 Ratzinger untuk menghormati Benediktus XVI atas perannya mengawasi pembukaan Arsip Vatikan bagi peneliti yang menyelidiki kesalahan yudisial Galileo Galilei — astronom abad ke-17 — dan ilmuwan lainnya.
Menolak Jadi Paus
Ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal pada April 2005, pertemuan konklaf baru digelar dan Joseph Ratzinger terpilih sebagai paus, dan mengadopsi Benediktus XVI.
Saat itu usianya 78 tahun, dan menjadi paus tertua yang terpilih sejak 1730. Dia juga paus non-Ialia kedua berturut-turut sejak skandal abad ke-14 yang dikenal sebagai Kepausan Avignon, atau ketika Kepausan dipindah sementara ke Prancis.
Selama konklaf di Kapel Sistina, Benediktus XVI hampir secara universal dipandang sebagai pilihan paling logis untuk menggantikan Paus Yohanes Paulus II. Ironisnya dia tidak mau menjadi paus.
“Pada titik tertentu, saya berdoa kepada Tuhan ‘tolong jangan lakukan ini padaku,” kenang Benediktus di kemudian hari. “Terbukti, kali ini dia tidak mendengarkan saya.”
Meski dipandang sebagai pembaharu, pengantar perubahan untuk membawa gereja lebih dekat ke massa, dan tidak menekankan pentingnya jabatan kepausan, Benediktus juga penentang gerakan liberal dan menyalahkan apa yang disebut moralitas, relatavisme, dan sekularisme sebagai masalah utama abad ke-21.
Ia juga mengizinkan penggunaan Misa Trindentine secara terus-menerus, teks Latin pra-1962 yang diedit dan diterjemahkan saat Konsili Vatikan II, sebagai upaya menghindari perpecahan di tubuh gereja.
Kepada Paus Yohanes Paulus II, Benediktus XVI meyakinkan pentingnya investigasi pelecehan seksual di bawah lingkup CDF. Ia menuntut investigasi secara ketat terhadap pastor yang dituduh.
Dia memelopori beberapa perubahan hukum kanon, memperluas cakupan potensi kejahatan dan menetapkan proses pemecatan jalur cepat untuk pastor.
Ironisnya, dia tetap disalahkan atas beberapa kasus pelecehan profil tinggi yang gagal mengakibatkan pemecatan, yang pengungkapkannya memalukan. Ia dipersalahkan atas ulah pelecehan seksual yang dilakukan pastor saat dia menjadi Uskup Agung Munich dan Freising.
Mengundurkan Diri
Pada Februari 2013 ia mengumumkan akan pensiun sebagai paus dengan alasan kesehatan. Banyak orang menyebutnya pengumuman itu tiba-tiba, padahal tidak.
Benediktus XVI ragu-ragu menjabat karena menderita stroke hemoragik tahun 1991, dan memasang alat pacu jantung awal 2005. Benediktus XVI menjadi paus pertama yang mengundurkan diri sejak Gregorius XII tahun 1415, dan yang pertama pula mundur tanpa paksaan sejak Celestine V tahun 1294.
Setelah pensiun ia mengadopsi gelar Paus Emeritus, dan terus disebut Yang Mulia. Dia pindah ke Biara Mater Ecclesiae yang telah direnovasi. Namun dia tidak benar-benar menyendiri, tapi tetap menulis dan berbicara, serta beberapa kali muncul bersama Paus Fransiskus I.
Sebagai pastor Katolik, Benediktus XVI tidak menikah dan tidak memiliki keturunan. Georg, saudar laki-lakinya, juga mengabdikan diri sebagai pastor. Maria, saudara perempuannya, menjadi biarawati. Keduanya tidak menikah dan tidak memiliki anak, serta telah meninggal tahun 2020 dan 1991.
Satu generasi Keluarga Ratzinger sepenuhnya mengabdikan diri untuk Gereja Katolik.