Tidak hanya mewanti-wanti pemerintah untuk segera menangani wabah tersebut lebih komprehensif, menurut Rusman, Pandawa Jawa Barat menyatakan siap memberikan bantuan gratis pengobatan hewan yang terkena LSD. “Kami memiliki tim yang fokus pada pengobatan, penyembuhan dan perwatan ternak, khususnya sapi yang terpapar virus LSD atau Lato-lato,”kata Rusman.
JERNIH–Serangan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) kepada ternak berkaki empat seperti sapi, kerbau dan kambing di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dinilai telah memasuki zona darurat, apalagi menghadapi Hari Raya Idhul Adha, Juni mendatang. Untuk itu, Forum Silaturahmi Aktivis Muda Jawa Barat, Pandawa, mendesak pemerintah untuk segera menangani wabah penyakit ternak tersebut secara komprehensif dan tuntas.
Hal tersebut diserukan pegiat Pandawa, Rusman Nuryaman, melalui pernyataan pers yang kami terima Ahad (30/4) sore. Rusman mengatakan, di tengah ancaman fenomena stunting yang masih menjadi masalah besar di Indonesia, wabah penyakit LSD atau lazim disebut penyakit Lato-lato di masyarakat itu menjadi ancaman tersendiri. “Wabah LSD ini membuat target Indonesia untuk ber-swa sembada pangan, Indonesia yang ber-swa sembada protein, dan Indonesia yang sejahtera, kian jauh dari jangkauan,”kata mantan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jawa Barat, pada masanya itu.
Seputar kedaruratan wabah penyakit ternak tersebut, Rusman menunjuk bahwa LSD yang awalnya terjadi di berbagai daerah di Jawa timur dan Jawa Tengah itu kini telah muncul di wilayah Kuningan dan Cirebon, Jawa Barat. “Itu berdasarkan komunikasi kami yang intens dengan komunitas para peternak sapi,”kata Rusman. Menurut dia, saat ini wabah penyakit tersebut telah membawa mimpi buruk tersendiri kepada para peternak, apalagi menjelang datangnya perayaan Idhul Adha, waktu para peternak umumnya menikmati hasil kerja mereka.
“LSD ini sangat merugikan peternak. Sapi yang terkena penyakit Lato-lato itu harganya jatuh, bahkan bisa tidak berharga sama sekali. Sapi yang tidak tertangani dengan baik akan terus mengalami infeksi hingga dagingnya membusuk dan mati,”kata Rusman. Situasi ini, menurut dia, sangat mengerikan untuk para peternak, terlebih dalam dua bulan ke depan sebelumnya mereka berharap akan meraih untung dari penjualan ternak seiring perayaan Hari Idhul Adha atau Idhul Kurban.
Tidak hanya mewanti-wanti pemerintah untuk segera menangani wabah tersebut lebih komprehensif, menurut Rusman, Pandawa Jawa Barat menyatakan siap memberikan bantuan gratis pengobatan hewan yang terkena LSD. “Kami memiliki tim yang fokus pada pengobatan, penyembuhan dan perwatan ternak, khususnya sapi yang terpapar virus LSD atau Lato-lato,”kata Rusman.
LSD adalah penyakit infeksi pada ternak yang disebabkan virus dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae. Di Indonesia masyarakat menyebut penyakit tersebut dengan nama penyakit Lato-Lato karena secara benjolan-benjolan luka infeksinya berwujud laiknya mainan anak-anak, Lato-lato. Benjolan berisi nanah tersebut pada saatnya bisa pecah dan membuat luka membusuk pada badan ternak.
LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua hitam tersebut, hingga menjalar ke Eropa dan Asia. Pada 2019 LSD dilaporkan di Cina dan India. Setahun setelah itu dilaporkan muncul di Nepal, Myanmar dan Vietnam. Pada 2021, LSD telah dilaporkan di Thailand, Kamboja dan Malaysia, hingga tahun ini muncul di Indonesia.
Tiga pekan lalu Kompas.com menulis bahwa 356 sapi di Lamongan, Jawa Timur, terjangkit penyakit ini. Satu di antaranya kemudian mati. Saat itu Sekretaris Disnakeswan Lamongan, Rahendra, mengatakan penyakit tersebut menyerang sapi milik warga di Lamongan mulai awal Januari 2023. “Sejak Januari hingga kini, terdapat 356 ekor sapi yang terjangkit. Dari total jumlah tersebut, 50 ekor sapi telah dinyatakan sembuh, namun satu di antaranya mati,” ujar Rahendra kepada para wartawan di Lamongan, awal April.
Sapi yang terjangkit penyakit LSD itu mengalami luka di bagian kulit, seperti kulit sapi bentol-bentol, gatal, hingga bernanah. “Penularannya sangat cepat layaknya seperti penyakit mulut dan kuku (PMK). Penularannya melalui gigitan nyamuk dan lalat,” ucap Rahendra. [rls ]