
Para aktivis yang ditahan bersama Greta Thunberg di Israel menuduh pasukan Israel memukuli, mempermalukan, dan merampas makanan dan air dari aktivis iklim Swedia tersebut setelah mencegat armada bantuan Gaza .
JERNIH – Beberapa aktivis yang ditahan saat mencoba mencapai Gaza melalui laut yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla telah kembali ke negara asalnya. Mereka menceritakan penyiksaan dan penghinaan yang dialami oleh pasukan Israel seperti memperlakukan binatang.
Sekitar 450 aktivis ditangkap saat pasukan Israel mencegat armada terdiri dari 42 kapal yang berupaya menerobos blokade laut Israel terhadap Gaza dan mengirimkan sejumlah bantuan simbolis ke wilayah yang dilanda kelaparan tersebut. Mereka yang ditahan dibawa ke Israel, tempat banyak di antara mereka yang masih mendekam di penjara.
Jurnalis Italia Saverio Tommasi mengatakan tentara Israel menahan obat-obatan dan memperlakukan tahanan ‘seperti monyet’. “Ini namanya penyiksaan, sebuah penyangkalan hak asasi manusia, bahkan yang paling mendasar sekalipun,” ujarnya sekembalinya di Bandara Fiumicino, Roma, Sabtu (4/10/2025) malam.
“Mereka mengambil obat-obatan semua orang: orang-orang dengan penyakit jantung, asma, bahkan seorang pria berusia 86 tahun… mereka mengambil inhalernya,” katanya. Di antara mereka yang ditahan adalah aktivis Swedia Greta Thunberg, cucu Nelson Mandela, Mandla Mandela, dan beberapa anggota parlemen Eropa.
Para aktivis yang ditahan bersama Greta Thunberg di Israel menuduh pasukan Israel memukuli, mempermalukan, dan merampas makanan dan air dari aktivis iklim Swedia tersebut setelah mencegat armada bantuan Gaza.
Tommasi mengatakan Thunberg dipilih oleh pasukan Israel setelah ditangkap. “Kami juga melihat Greta Thunberg di pelabuhan, dengan tangan terikat dan bendera Israel di sampingnya, hanya sebuah ejekan,” ujarnya. Greta Thunberg ditahan di sel Israel yang ‘penuh kutu busuk’.
“Anggap saja ejekan itu bagian dari kekerasan verbal dan psikologis yang selalu mereka lakukan, untuk merendahkan, mengejek, dan menertawakan situasi yang sebenarnya tidak ada yang perlu ditertawakan.”
Jurnalis Turki, Ersin Celik, salah satu yang ditahan, mengatakan kepada TRT World bahwa tentara Israel menyeret Greta Thunberg ke tanah dan memaksanya mencium bendera Israel. Ia menuduh Greta “disiksa dengan kejam di depan mata kami … dipaksa merangkak dan dipermalukan”.
Aktivis lain juga menyampaikan kisah serupa. Peserta asal Malaysia, Hazwani Helmi, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa para tahanan “tidak diberi makanan, air bersih, dan obat-obatan”, menyebut pengalaman itu “sebuah bencana – mereka memperlakukan kami seperti binatang”.
Menurut The Guardian, korespondensi internal Kementerian Luar Negeri Swedia menunjukkan bahwa Thunberg mengeluhkan dehidrasi, ruam yang ia sebut sebagai infestasi kutu busuk, dan dipaksa duduk terlalu lama di permukaan yang keras. Ia juga dilaporkan dipaksa memegang bendera Israel.
Jurnalis Italia Lorenzo Agostino mengklaim Thunberg dipermalukan dan dibungkus dengan bendera Israel dan dipamerkan seperti piala. D’Agostino, menambahkan para tahanan berulang kali dibangunkan selama dua malam ia dipenjara. Mereka juga diintimidasi oleh anjing dan tentara yang mengarahkan senjata laser mereka ke arah tahanan “untuk menakut-nakuti kami.”
“Saya merasa seperti ditahan oleh organisasi teroris,” ujarnya setelah mendarat di Bandara Istanbul, tempat 137 aktivis dari 13 negara tiba dari Israel pada hari Sabtu (5/10/2025). D’Agostino menambahkan bahwa barang-barang dan uangnya telah “dicuri oleh orang Israel.”

Presenter Turki Ikbal Gurpinar menuduh para tahanan dibiarkan tanpa makanan. “Mereka memperlakukan kami seperti anjing. Mereka membiarkan kami kelaparan selama tiga hari. Mereka tidak memberi kami air; kami harus minum dari toilet.”
Aktivis Paolo De Montis menceritakan pengalamannya saat dijejalkan ke dalam mobil tahanan selama berjam-jam dengan tangan diikat. “Stres dan penghinaan terus-menerus,” katanya. “Saya tidak diizinkan menatap wajah mereka, selalu harus menundukkan kepala, dan ketika saya mendongak, seorang pria … datang dan mengguncang serta menampar bagian belakang kepala saya.”
Israel Sebut Aktivis Pendukung Teroris
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengatakan dia bangga dengan cara staf berperilaku di penjara Ketziot, sebuah fasilitas di Gurun Negev. “Saya bangga kita memperlakukan ‘aktivis armada’ sebagai pendukung terorisme. Siapa pun yang mendukung terorisme adalah teroris dan pantas mendapatkan kondisi seperti teroris,” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan klaim penganiayaan tersebut adalah kebohongan yang tak tahu malu. Dalam sebuah pernyataan di media sosial, kementerian tersebut mengatakan bahwa hak hukum semua tahanan telah “ditegakkan sepenuhnya,” dan menambahkan bahwa Thunberg tidak mengeluhkan “tuduhan yang menggelikan dan tidak berdasar itu – karena tuduhan itu tidak pernah terjadi.”
Penangkapan tersebut memicu kritik dari beberapa pemerintah, termasuk Turki, Kolombia, dan Pakistan. Yunani, yang 27 warganya ditahan Israel, mengeluarkan protes tertulis yang keras kepada Israel atas perilaku yang tidak dapat diterima dan tidak pantas dari seorang menteri Israel.
Pengaduan tersebut diduga merujuk pada rekaman Ben-Gvir yang mencela para aktivis karena mendukung “terorisme” dan mengejek inisiatif bantuan setelah mereka dibawa ke darat di pelabuhan selatan Ashdod pada hari Jumat.
Kelompok bantuan hukum Adalah, yang mewakili beberapa aktivis, mengatakan para tahanan juga difilmkan di depan bendera Israel dan diancam akan ditahan lebih lanjut jika mereka menolak.
Pengacara mereka, Sena Eliküçük, berencana untuk mengajukan pengaduan resmi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Mahkamah Kriminal Internasional, menyebut dugaan pelecehan itu sebagai “pelanggaran berat terhadap martabat manusia yang harus diselidiki”.
Pihak berwenang Swedia mengonfirmasi bahwa mereka telah menghubungi Thunberg selama penahanannya dan meminta jaminan keselamatannya. Belum ada investigasi independen yang memverifikasi klaim tersebut, meskipun organisasi-organisasi hak asasi manusia telah menyerukan penyelidikan internasional.