
Baik yang membela maupun yang mengeritik Jokowi kedudukannya sama. Sama-sama belum melihat ijazah asli Jokowi. Karena itu, argumentasi melihat langsung atau tidak, tak memiliki nilai pembuktian tentang keaslian sebuah dokumen. Hanya saja, pendukung Jokowi taklid buta, langsung meyakini ijazah Jokowi asli meskipun belum pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Oleh : Ahmad Khozinudin*
JERNIH– Salah satu dalih bahwa para pendukung Jokowi tetap dalam ‘keimanannya’ meyakini ijazah Jokowi asli, adalah ungkapan retoris yang mendakwa balik pihak yang menyatakan ijazah Jokowi palsu dengan ungkapan “Kamu sebut ijazah Jokowi palsu, memang sudah lihat aslinya?”
Counter itu disampaikan oleh pendukung Jokowi, ketika mereka tidak bisa lagi mempertahankan asumsi ijazah Jokowi asli, dengan dalih pernah jadi walikota Solo, gubernur DKI Jakarta dan presiden RI dua periode. Karena, asumsi ini terbantahkan dengan fakta, JR Saragih yang sudah menjabat dua periode bupati Simalungun, ternyata gagal maju Pilgub Sumut karena baru ketahuan ijazahnya palsu.

Jadi, ketika para pembela Jokowi tak bisa mempertahankan ARGUMENTASI yang hanya sebatas ASUMSI untuk membela Jokowi, tak bisa juga memastikan karena tidak pernah melihat ijazah asli Jokowi, mereka balik mempersoalkan pengkritik Jokowi dengan ungkapan, “Kamu bilang ijazah Jokowi palsu, memang pernah melihat yang asli?”
Ungkapan ini sebenarnya tidak bernilai, disebabkan beberapa alasan:
-Pertama, baik yang membela Jokowi maupun yang mengeritik Jokowi kedudukannya sama. Sama-sama belum melihat ijazah asli Jokowi. Karena itu, argumentasi melihat langsung atau tidak, tak memiliki nilai pembuktian tentang keaslian sebuah dokumen.
Hanya saja, pendukung Jokowi TAKLID BUTA, langsung meyakini ijazah Jokowi asli meskipun belum pernah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Adapun yang mengkritisi ijazah Jokowi, meskipun tak melihat langsung tapi memiliki ARGUMENTASI ILMIAH untuk menyimpulkan ijazah Jokowi palsu, dengan mengutip paparan ahli forensik digital Dr Rismon Hasiholan Sianipar, ahli telematika Dr Roy Suryo, dan penelaah secara jurnalisme investigasi yang kemudian dituliskan secara komprehensif oleh Bambang Tri Mulyono dalam bukunya “Jokowi Undercover 2: Lelaki Berijazah Palsu”.
Dalil-dalil ijazah Jokowi palsu yang diungkap Dr Rismon Hasiholan Sianipar, Dr Roy Suryo dan Bambang Tri Mulyono, tidak pernah dibantah oleh Jokowi. Hingga saat ini, belum ada forum ilmiah atau setidaknya buku yang ditulis secara khusus untuk membantah hasil investigasi Bambang Tri Mulyono dalam bukunya “Jokowi Undercover 2: Lelaki Berijazah Palsu”.
Dalam hukum, dikenal kaidah ‘DALIL-DALIL YANG TIDAK DIBANTAH, BERARTI DIBENARKAN’. Temuan Dr Rismon Hasiholan Sianipar, Dr Roy Suryo dan Bambang Tri Mulyono yang tidak dibantah secara spesifik oleh Jokowi, sehingga dapat disimpulkan JOKOWI MEMBENARKAN DALIL-DALIL TERSEBUT.
Kedua, manuver Jokowi yang tidak akan menunjukkan ijazahnya kecuali atas perintah pengadilan, namun belakangan ditunjukkan kepada 11 awak media, mengkonfirmasi Jokowi tidak konsisten. Salah satu konfirmasi kebenaran adalah konsisten.
Sikap Jokowi yang tidak konsisten ini, melengkapi sejumlah kebohongan Jokowi lainnya yang sudah melegenda, seperti soal Mobil Esemka, duit 11 ribu Triliun, tidak akan import, tidak akan utang, dll. Karena itu, “bantahan” dari otoritas pembohong, bagi publik menjadi tidak memiliki nilai.
Ketiga, pada akhirnya polemik ini sebenarnya akan selesai jika Jokowi menunjukkan ijazahnya kepada publik dan mempersilakan siapa pun untuk mengujinya secara laboratorium forensik, termasuk mempersilakan Dr Rismon Hasiholan Sianipar dan Dr Roy Suryo untuk meneliti dan mengujinya. Sehingga, hasil apa pun nantinya akan mengakhiri perdebatan dan gaduh soal ijazah palsu Jokowi ini.
Tetapi kenapa Jokowi tidak mau terbuka? Kenapa hanya kuasa hukum dan media yang ditunjukkan?
Publik jadi bertanya-tanya, apakah ijazah yang ditunjukan hanya kepada kuasa hukum dan media itu, sama fisiknya dengan dokumen ijazah Jokowi yang sudah banyak beredar di media, dalam bentuk ijazah berkacamata? Kalau iya, maka salahkah publik makin yakin ijazah Jokowi palsu, karena dalam ijazah Jokowi yang beredar di media sudah diuji secara saintifik dan hasilnya menurut Roy Suryo 99,9 persen palsu, dan menurut Dr Rismon Hasiholan Sianipar 11.000 triliun persen palsu?
Jadi, penulis kira pendukung Jokowi harus berfikir waras dalam perkara ini. Jangan membabi buta membela Jokowi. Di akherat kelak, kita masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. []
- advokat, sastrawan politik