Crispy

Kanada Bayar Kompensasi Kepada Pribumi Korban Asimilasi Paksa Rp 31,6 Triliun

  • Kompensasi ini adalah hasil gugatan class action 325 komunitas First Nation.
  • Cara pebayaran akan ditentukan pengadilan federal, dan semua uang kepentingan korban.

JERNH — Kanada akan membayar kompensasi kepada ratusan komunitas pribumi korban asimilasi paksa satu abad 2,1 miliar dolar AS, atau Rp 31,6 triliun.

“Kami percaya semua penyintas berhak mendapatkan keadilan dan kompensasi,” kata Marc Miller, menteri federal hubungan mahkota-pribumi, dalam siaran pers.

Persyaratan yang tepat untuk mencairkan 2,1 miliar dolar AS akan ditentukan pengadilan federal 27 Februari mendatang.

Kompensasi 2,1 miliar dolar AS adalah hasil gugatan class action 325 komunitas pribumi. Uang sebanyak itu akan ditempatkan dalam perwalian nirlaba independen.

Uang akan digunakan untuk merevitalisasi pendidikan, budaya, dan bahasa First Nation — demikian pribumi Kanada menyebut dirinya — serta mendukung para penyintas dalam penyembuhan dan berhubungan kembali dengan warisan mereka.

“Kanada terlalu lama mengakui sejarahnya, mengakui genosida yang dilakukannya, dan mengakui kerugian kolektif yang diakibatkan sekolah asrama, kepada bangsa kita,” kata Garry Feschulk, seorang pemimpin komunitas pribumi dan salah satu penggugat.

Menurut Feschulk, saatnya Kanada tidak hanya mengakui bahaya ini, tetapi juga membatalkannya dengan berjalan bersama kami. “Penyelesaian ini adalah langkah awal yang baik,” lanjutnya.

Sejak akhir 1800-an sampai 1990-an pemerintah Kanada mengirim 150 ribu anak-anak komunitas pribumi ke 139 sekolah perumahan yang sebagian besar dijalankan Gereja Katolik.

Anak-anak itu dipisahkan, atau direbut paksa, dari orang tua, bahasa, dan budaya mereka. Anak-anak itu dididik ulang dengan budaya dan agama kulit putih.

Banyak yang dilecehkan secara fisik dan seksual. Ribuan diyakini meninggal karena peyakit, malnutrisi, dan penelantaran.

Penemuan ratusan kuburan tak bertanda di lokasi bekas sekolah selama dua tahun terakhir menyeret warisan lembaga-lembaga itu kembali menjadi sorotan saat Kanada memperhitungkan masa lalu kolonialnya yang kejam.

Lebih 1.300 kuburan telah diidentifikasi. Yang terbaru ditemukan awal bulan ini.

Di Lebret, Saskatchewan, radar penembus tanah mengungkap lebih 2.000 area yang perlu diselidiki secara menyeluruh, kata komunitas Tar Blanket Cree.

Sebuah fragmen tulang rahang seorang anak yang berasal dari 125 tahun lalu diidentifikasi milik seorang anak komunitas yang dipaksa memasuki sekolah perumahan di Kanada barat.

“Sistem sekolah perumahan menghancurkan bahasa kami, merusak budaya kami, dan meninggalkan warisan bahaya sosial,” kata Shane Gottfriedson, pemimpin salah satu komunitas yang menguggat.

Back to top button