Kedubes Iran Ajak Negara-negara Pecinta Keadilan Kutuk Pembunuhan Keji Ilmuwannya
Pembunuhan Fakhrizadeh dilakukan untuk menghambat pendekatan diplomatik dan dialog antara Iran dengan dunia internasional, terutama AS, menimbulkan kekacauan di Timur Tengah, serta merampas hak sah Iran atas penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai
JERNIH– Kedutaan besar Iran di Jakarta mengutuk keras pembunuhan ilmuwan senior Mohsen Fakhrizadeh. Kedubes juga mengajak semua negara pecinta keadilan dan perdamaian untuk mengutuk pembunuhan yang disebutnya keji tersebut.
Sebagaimana diketahui, ilmuwan nuklir sekaligus Kepala Organisasi Penelitian dan Inovasi Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran, Mohsen fakhrizadeh, meninggal dalam serangan brutal para pembunuh, Jumat (27/11) lalu. Iran menuding AS dan Israel berada di belakang insiden tersebut.
Kedubes Iran menyebut insiden tersebut “tindakan pengecut dan terorisme negara”. Pihaknya juga menyerukan agar komunitas internasional, negara-negara pembela hak asasi manusia, dan media independen untuk mengutuk tindakan tersebut sambil mengambil tindakan yang diperlukan terhadap para pelaku, para pendukung, dan aktor intelektual di balik serangan teroris tersebut.
Kedubes menyebut pembunuhan Mohsen dilakukan dengan beberapa tujuan, seperti menghambat pendekatan diplomatik dan dialog untuk menyelesaikan perbedaan di tingkat regional dan internasional, dan merampas hak sah dan wajar Iran atas penggunaan teknologi nuklir damai sebagaimana ditetapkan dalam peraturan internasional.
Tujuan lainnya yakni menciptakan krisis skala besar untuk semakin membuat kawasan Timur Tengah menjadi tidak stabil dan mempersulit penerapan perjanjian nuklir Iran dalam Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
Kedubes Iran menyebut Mohsen memiliki peran besar dalam berbagai proyek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Iran yang bertujuan damai. Salah satunya dalam pengembangan kit uji dan vaksin Covid-19 pertama di Iran. “Contoh terbaru kontribusi ilmiah Prof. Fakhrizadeh adalah pengembangan kit uji dan vaksin COVID-19 pertama di Iran, yang merupakan kontribusi besar bagi upaya nasional kami dalam mengekang pandemi COVID-19 dan produksi vaksinnya pada saat negara kami berada di bawah tekanan sepihak dan sanksi ilegal yang tidak adil oleh Amerika Serikat, yang secara ketat mencegah dan menutup akses Iran terhadap barang-barang kemanusiaan, termasuk obat-obatan dan peralatan medis,” bunyi pernyataan pers yang diterima Jernih.co, Kamis (3/12) usai subuh.
Dalam pernyataan persnya, Kedubes Iran turut menyinggung rezim Israel yang sejauh ini diklaim berada di balik aksi pembunuhan Mohsen dan ilmuwan Iran lainnya di masa lalu. “Selama beberapa tahun terakhir, beberapa ilmuwan Iran dan pahlawan nasional kami telah menjadi sasaran dan dibunuh dalam berbagai serangan teroris. Bukti kuat kami dengan jelas menunjukkan bahwa pusat-pusat tertentu asing berada di balik pembunuhan-pembunuhan tersebut,” tulis pernyataan itu.
“Pembunuhan baru-baru ini terhadap ilmuwan nuklir senior Iran juga memiliki ciri dan cara yang sama dengan tindakan pengecut lainnya yang pada biasanya dilakukan oleh Rezim Teroris Israel, yang telah membunuh sejumlah besar elit ilmiah di Iran dan di seluruh kawasan,” pernyataan itu menambahkan.
Pembunuhan Mohsen juda dimaksudkan Israel agar terjadi kekacauan di Timur Tengah. “Sebuah konspirasi jahat yang telah dirancang oleh Rezim Zionis Israel yang merupakan satu-satunya pemilik senjata nuklir di kawasan untuk memicu kekacauan di wilayah Timur Tengah,”kata pernyataan.
Sejak penandatanganan JCPOA antara Iran dan negara-negara 5+1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman) pada 2015, menurut Kedubes Iran, Israel terus-menerus membujuk Washington agar meninggalkan JCPOA dan mengembalikan sanksi paling berat sepanjang sejarah Iran. [ ]