Crispy

Kepolisian Sri Lanka Bekuk Joseph Stalin

  • Polisi Sri Lanka berkelakar; “Diktator Uni Soviet ditangkap karena menggerakan aksi demo.”
  • Penangkapan Stalin adalah bagian dari tindakan keras militer Sri Lanka.

JERNIH — Sri Lanka mulai melakukan penangkapan aktivis penggerak aksi protes yang menggulingkan Presiden Gotabaya Rajapaksa. Salah satunya Joseph Stalin, pemimpin Serikat Guru Sri Lanka.

Polisi mengatakan; “Diktator Uni Soviet itu ditangkap karena menggerakan aksi demo sepanjang Mei 2022 yang melanggar perintah pengadilan.”

Dalam video yang beredar di media sosial, Stalin — salah satu pedemo paling menonjol — mengatakan; “Hak untuk protes adalah hak demokrasi.” Setelah itu ia dicomot penegak hukum dari kantornya di Kolombo.

Selama beberapa bulan terakhir, Sri Lanka diguncang gelombang protes. Semula, aksi protes — yang dipicu kelangkaan pangan dan bahan bakar — berlangsung damai, tapi perlahan menjadi brutal.

Pemerintah menyalahkan krisis Covid-19, yang mengakibatkan penghasilan Sri Lanka dari sektor pariwisata terpangkas hebat. Presiden Rajapaksa juga melarang pupuk kimia, yang membuat sektor pertanian terpukul.

Kerusukan memucak dengan penyerbuan istana presiden apda 9 Juli, yang mendorong militer untuk membawa Presiden Rajapaksa ke tempat aman. Istana diduduki selama 10 hari, dengan puluhan video menunjukan pengunjuk rasa menikmati fasilitas mewah istana.

Pada 13 Juli, Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa lalu ke Singapura. Keesokan hari sang presiden mengirim surat pengunduran diri kepada juru bicara pemerintah Sri Lanka.

Sepekan kemudian parlemen Sri Lanka memilih Ranil Wickremesinghe, yang enam kali menjabat perdana menteri, sebagai presiden baru.

Tindakan keras terhadap elemen ‘fasis’ dalam gerakan aksi protes diumumkan Wickremesinghe pada hari pertama masa jabatannya. Sejumlah aktivis diciduk, dan didakwa merusak properti publik.

Seorang pengunjuk rasa ditangkap karena membongkar lemari es minuman keras Rajapaksa, menenggak bir, dan lari dengan cangkir kepresidenan.

Pengunjuk rasa lain mencuri dua bendera resmi dari sitana, dan menggunakannya sebagai sprei dan sarung. Kedua aktivis dikabarkan menyerahkan diri dengan memposting video dan foto diri mereka di media sosial.

Human Right Watch mengatakan militer Sri Lanka sedang berusaha menindak perbedaan pendapat melalui intimidasi, pengawasan, dan penangkapan sewenag-wenang terhadap demonstran.

Back to top button