Ketua Umum PBNU Didesak Mundur Gara-gara Mengundang Tokoh Pro-Israel, Isu Ini Menjadi Sorotan Media Asing

JERNIH – Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di dunia dengan sekitar 100 juta anggota dan afiliasi, tengah dilanda gejolak internal yang menarik perhatian media massa asing, terutama di kawasan Timur Tengah. Isu krusial ini berpusat pada tuntutan pengunduran diri Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, terkait keputusannya mengundang seorang akademisi Amerika yang dikenal sangat mendukung Israel.
Beberapa media asing menyoroti persoalan ini seperti Reuters, dan media berbasis di
Timur Tengah, Al Jazeera maupun The New Arab (TNA). Disebutkan, pimpinan NU memberikan tenggat waktu tiga hari kepada Staquf untuk mengajukan pengunduran diri atau menghadapi pencopotan dari jabatannya. Pemicu utama gejolak ini adalah undangan yang diberikan oleh Staquf kepada Peter Berkowitz, seorang akademisi dan mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, untuk menghadiri acara pelatihan internal NU pada Agustus 2025.
Pihak pimpinan NU menyebut undangan tersebut diberikan kepada individu yang “berafiliasi dengan jaringan Zionisme internasional”. Berkowitz, melalui situs webnya, dikenal sebagai penulis yang secara vokal mendukung tindakan Israel di Gaza, termasuk menolak narasi bahwa Israel melakukan genosida di wilayah Palestina.
Dalam salah satu opini yang dikutip, Berkowitz menyatakan bahwa “pengakuan formal atas negara Palestina imajiner menghambat keamanan, stabilitas, dan perdamaian” serta “menguatkan fantasi progresif bahwa penghalang utama bagi solusi konflik Israel-Palestina adalah sikap agresif Israel, alih-alih sikap keras kepala Palestina dan kehausan darah Hamas.”
Selain isu keterkaitan dengan tokoh pro-Israel, tuntutan pengunduran diri juga didasari oleh dugaan salah urus keuangan dalam organisasi.
Pejabat NU, Najib Azca, membenarkan bahwa seruan pengunduran diri bermula dari keputusan Staquf mengundang Peter Berkowitz ke acara internal. Staquf sendiri, yang menjabat sejak tahun 2021, belum memberikan tanggapan resmi. Namun, dilaporkan bahwa ia telah meminta maaf atas insiden tersebut, menyebutnya sebagai kekhilafan karena tidak memeriksa latar belakang Berkowitz secara teliti.
Di tengah memanasnya situasi, Sekretaris Jenderal NU, Yusuf Saifullah, meminta seluruh pihak untuk “tetap tenang” dan tidak terprovokasi oleh berita yang berpotensi menyesatkan. Ia memastikan bahwa masalah ini sedang ditangani oleh anggota senior sesuai mekanisme internal organisasi yang berlaku.
Isu ini menjadi sangat sensitif mengingat Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, secara konsisten mengutuk tindakan Israel di Gaza, tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, dan secara tegas mendukung solusi dua negara.





