Korsel Serang Korut dengan Menghadirkan Simbol Kapitalisme Global di Zona Demarkasi
- Sambil ngopi, pengunjung dapat melihat aktivitas sehari-hari penduduk Korut dengan teropong yang tersedia.
- Namun, penduduk Korut tak bisa melihat simbol kapitalisme global itu karena memiliki teropong melanggar hukum.
JERNIH — Starbuck, Jumat 29 November, membuka kafe di titik pengamatan Zona Demarkasi (DMZ) Korea, yang memungkinkan pengunjung menyeruput latte rempah labu sambil menatap Korea Utara.
Ingin lebih jelas melihat negerinya Kim Jong-un, letakan gelas kopi, ambil teropong untuk melihat lebih jelas suasana di negeri bersenjata nuklir paling tertutup. Jika cuaca cerah, pengunjung dapat melihat penduduk Korut lalu-lalang dari kediaman ke tanah pertanian.
Kafe terletak di Aegibong Peace Ecopark di Gimpo, sekitar 32 kilometer utara Seoul, Korea Selatan. Dari teras kafe, pengunjung dapat melihat seberang Sungai Han, yang disebut perairan netral, atau ke kota Kaephung di Kora Utara — yang berjarak hanya satu kilometer dari teras warung kopi asal AS itu.
Perang Korea dihentikan dengan gencatan senjata 1953, dan bangsa yang terpecah secara ideologi; Korsel dan Korut, tak pernah mencapai kesepakatan damai. Keduanya terpisah DMZ selebar empat kilometer, dengan perbatasan dijaga amat ketat.
Korut diyakini memiliki 10 ribu artileri yang ditimbun di sepanjang sisi perbatasan, dan di pegunungan di belakang Kaephung. Seluruh persenjataan itu bisa menyalak kapan saja dan membakar Seoul, Incheon, Gimpo, dan kota-kota lain di Korsel dalam satu jam,
Jadi, jika kebetulan Anda sedang ngopi dan Korut menyerang tiba-tiba, hanya ada sedikit peluang untuk lari.
Aegibong Peace Ecopark di atas bukit. Saat Perang Korea 1950-1953, tempat ini disebut Bukit 154, dan diperebutkan dengan sengit. Bukit 154 beberapa kali pindah tangan, dan kedua pihak mengorbankan ribuan serdadu untuk merebut dan mempertahankannya.
Wisataan berkulit cokelat dari Indonesia mungkin lebih mudah memasuki tempat ini, tapi tidak demikian dengan warga Korsel dan turis kulit putih. Mereka harus mengisi formulir pendaftaran dan menghadapi pemeriksaan latar belakang oleh Korps Marinir Korsel. Maklum, Aegibong Peace Ecopark sangat dekat dengan DMZ.
Simbol Kapitalisme
Hubungan Korsel-Korut sedang berada pada titik terendah. Aktivis Korsel meluncurkan balon yang membawa selebaran propaganda, USB berisi artis K-Pop, dan lainnya. Korut membalas dengan mengirim balon sampah.
Terakhir, Korsel menghancurkan jalan menuju Korsel. Menerbangkan drone ke Korsel berulang kali, yang membuat Seoul panik. Korsel membalas dengan menggelar latihan gabungan bersama AS.
Kini, Korsel menghadirkan simbol kapitalisme bernama Starbuck di perbatasan kedua negara, yang mungkin lebih dari cukup untuk Kim Jong-un panas hati. Namun, penduduk Korut dipastikan tidak akan melihat simbol warung kopi ini dari tempat mereka beraktivitas, kecuali jika mereka punya teropong.
Di Korut, memiliki teropong untuk melihat ke Korsel adalah pelanggaran berat. Siapa pun yang akan memilikinya akan menghadapi hukuman kerja paksa.