Crispy

Krisis Meroket, Kian Banyak Warga Sri Lanka Kabur Lewat Laut

Sejak awal tahun ini, Angkatan Laut Sri Lanka  telah menangkap 250 orang yang mencoba kabur ke luar negeri melalui laut secara illegal. “Setidaknya di kamp-kamp pengungsi India mereka akan mendapatkan tiga kali makan dan beberapa perawatan medis,”kata seorang aktivis HAM

JERNIH—Angkatan Laut Sri Lanka pada Kamis (9/6) mengatakan, mereka telah menangkap 91 orang yang diyakini berusaha meninggalkan negara itu secara ilegal, dalam upaya untuk melarikan diri dari negara kepulauan yang dilanda krisis yang terus meningkat.

Mereka berusaha keluar lewat kapal penangkap ikan yang dicegat di lepas pantai barat laut negara itu dalam dua operasi pada Selasa lalu, kata Angkatan Laut Sri Lanka dalam sebuah pernyataan. Lima belas orang dihentikan di perairan lepas pelabuhan Marawila dan 76 di lepas Pantai Chilaw. Mereka yang ditangkap berusia antara 1 dan 62 tahun, dengan enam orang diduga sebagai anggota jaringan penyelundupan manusia.

Orang-orang Sri Lanka selama bertahun-tahun telah melakukan perjalanan ke Australia dan negara-negara lain secara ilegal karena alasan ekonomi dan politik, tetapi dalam beberapa bulan terakhir jumlah insiden telah meningkat.

“Selama paruh pertama tahun ini, sekitar 250 orang ditangkap ketika mencoba pergi ke luar negeri dengan perahu,” Juru Bicara Angkatan Laut Sri Lanka, Kapten Indika De Silva kepada Arab News.

“Biasanya, kami menangkap lima kapal seperti itu dalam setahun, tetapi selama 45 hari terakhir ini sudah ada tiga yang kami tangkap,” katanya.

“Para penyelundup mengindoktrinasi mereka tentang krisis politik dan ekonomi negara, dan memberi tahu mereka bahwa mereka bisa lebih bahagia di luar negeri.”

Negara berpenduduk 22 juta itu berjuang melawan krisis ekonomi terburuk yang pernah dihadapinya, dengan masyarakat menghadapi inflasi meroket serta kekurangan kebutuhan pokok yang parah, termasuk makanan, obat-obatan, gas untuk memasak, dan bahan bakar.

Pemerintah bulan lalu memperingatkan krisis pangan akan terjadi pada Agustus mendatang, dengan produksi beras lokal yang menurun setelah keputusan pemerintah tahun lalu yang melarang semua pupuk kimia. Meskipun larangan tersebut telah dicabut, negara tersebut belum dapat mengamankan impor pupuk untuk musim tanam yang akan datang.

“Biaya hidup meroket dan pemerintah sejauh ini tidak memiliki rencana untuk memenuhi kebutuhan makanan dan medis yang mendesak bagi orang miskin, sehingga warga melarikan diri dari negara ini,” kata aktivis hak asasi Shreen Saroor kepada Arab News.

Sebagian besar dari mereka yang mencoba pergi melalui laut berasal dari keluarga petani dan nelayan, yang menghadapi kemiskinan akut.

“Karena masalah pupuk, mereka tidak bisa bercocok tanam musim lalu. Tidak ada bahan pokok, yaitu beras, untuk bertahan hidup. Kemudian nelayan tidak bisa melaut karena krisis bahan bakar,” kata Saroor.

Dia menambahkan, tidak semua migran menuju ke Australia, dengan beberapa berusaha mencapai negara tetangga India sebagai pengungsi ekonomi.

“Setidaknya di kamp-kamp pengungsi India mereka akan mendapatkan tiga kali makan dan beberapa perawatan medis.” [Arab News/AP]

Back to top button