Langit Berubah Merah Darah, Penduduk Cina Panik dan Ketakutan
- Media sosial Cina heboh dengan ratusan juta tampilan, dan berbagai teori bersliweran.
- Akibatnya, terjadi katakutan apokaliptik di kalangan penduduk. Ada yang menimbun makanan.
JERNIH — Langit di kota pelabuhan Zhousan, tetanga Shanghai, Cina, berubah merah daran di bawah lapisan kabut tebal menyebabkan ketakutan apokaliptik seluru penduduk.
Daily Mail menulis langit merah darah paling menonjol berada di atas pelabuhan, yang memicu kekhawatiran ada api yang berada di luar kendali. Sina Weibo, media sosial Cina mirip Twitter, heboh dengan 150 juta tampilan.
Douyin, TikTok versi China, hiruk-pikuk dengan perdebatan soal langit merah pertanda buruk atas penanganan pemerintah terhadap pandemi Covid-19 yang muncul kembali di Shanghai.
Seorang pengguna mengatakan; “Kecelakaan akan terjadi.” Lainnya menambahkan; “Saya mulai menimbun persediaan.”
Media lokal menjelaskan langit merah itu adalah akibat fenomena cuaca anomali, bukan Armageddon. Warna merah adalah pembiasan cahaya Matahari.
“Ketika kondisi cuaca bagus, lebih banyak air di atmosfer membentuk aeorosol yang membiaskan dan menyebarkan cahaya kapal penangkap ikan dan membuat langit merah terlihat publik,” kata staf Biro Meteorologi Zhoushan kepada Global Times.
Media lokal, mengutip China Aquatic Products Zhoushan Marine Fisheries Co, menulis cahaya merah kemungkinan berasal dari kapal penangkap ikan yang sedang memanen saury Pasifik.
Sejumlah teori menyebar di online. Salah satunya, materi partikulat letusan gunung berapi Tonga, ledakan vulkanik terbesar abad ke-21, bisa berkontribusi pada pembiasan cahaya.
Sejarawan punya fakta dari masa lalu. Sebuah dokumen bertahun 1770 dari Cina, Korea, dan Jepang, berbicara tentang langit merah darah yang menakutkan.
Sejumlah peneliti mengatakan kepada Live Science bahwa badai geomagnetik, yang disebabkan letusan matahari yang menghantam magnetosfer Bumi, kemungkinan penyebab langit merah darah.
Media pemerintah mambantah teori ini. Menurutnya, aktivitas matahari dan geomagnetik sepanjang Sabtu relatif tenang dan tidak ada anomali signifikan.
Selama Peristiwa Carrington 1859, badai geomagnetik paling intens dalam sejarah, menyebabkan arus listrik di atmosfer merusak kabel telegraf dan kertas terbakar.
Bagai geomagnetik serupa hari ini akan merusak jaringan listrik di seluruh dunia, menyebabkan jutaan orang tanpa penerangan.