Crispy

Lewat Sensus, Pasangan LGBT di Cina Mencari Pengakuan

Cina, sebagaimana negara lainnya, tengah menghadapi perubahan demografi dengan meningkatnya jumlah kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) atau dalam bahasa setempat disebut tongzhi.

Jernih — Sejak tahun 1997, pemerintah Cina telah melegalkan kegiatan hubungan seksual sesama jenis tersebut. Dan pada tahun 2001, homoseksual tidak lagi masuk kedalam kategori penyakit kejiwaan.

Namun pemerintah tidak memberi perlindungan hukum bagi LGBT. Misalnya perlindungan dari diskriminasi, izin pernikahan, dan tidak memiliki hak adopsi.

Kehadiran kaum LGBT pun direpresi oleh pemerintah dengan menutup media sosial milik kaum LGBT, penolakan film-film bernuansa LGBT, dan larangan perayaan hari-hari besar LGBT.

Dilaporkan CNA, Peng Yanzi, direktur LGBT Rights Advocacy China, organisasi non-pemerintah, menyampaikan kampanye yang berisi harapan agar pasangan sesama jenis mendapatkan visibilitas dalam kehidupan sosial dan di mata pemerintah.

Ketika pemerintah menyelenggarakan sensus pada 1 November 2020, kaum LGBT ‘menunjukan kehadirannya’. Mereka mengisi kuesioner pada kolom ‘lainnya’ dan mengisinya dengan pernyataan ‘pasangan’.

Beberapa pasangan LGBT mengatakan kepada petugas sensus bahwa yang tinggal bersama dengannya adalah pasanganya, bukan teman sekamar.

Saat negara terpadat di dunia itu berusaha menangkap perubahan demografis, beberapa pasangan LGBT mencari pengakuan dalam sensus nasional. Para aktivis turut memperjuangkan legalitas pernikahan sesama jenis.

Tetapi Biro Statistik Nasional Cina mengatakan bahwa informasi tambahan di luar yang telah ditentukan untuk kategori “hubungan dengan kepala rumah tangga” tidak akan dicatat.

“Para pengambil sensus ini mungkin belum pernah bertemu atau mendengar orang gay, jadi jika kami memiliki kesempatan untuk berbicara, mereka bisa lebih memahami komunitas LGBT.” Kata Peng Yanzi .

“Kami adalah bagian dari populasi Cina,” tambahnya. Meskipun masih sulit untuk mengungkapkannya, kaum LGBT di Cina menyebut pasangan romantis mereka sebagai teman sekamar atau teman.

Para aktivis mengatakan bahwa kini penerimaan semakin meningkat meningkat terhadap pasangan gay. “Tapi sistemnya tidak mengikuti perkembangan zaman,” kata Peng.

Kaum LGBT di Shanghai mengatakan mereka merasa nyaman berbicara jujur ​​tentang hubungannya, tetapi mungkin hal itu tidak aman bagi pasangan LGBT di wilayah yang lebih konservatif.

“Saya masih tidak akan berani,” salah satu pengguna Weibo, media sosial di Cina yang mirip Twitter mengomentari postingan tentang kampanye tersebut.

Menurut Bloomberg, pada survei tahun 2016  sedikitnya ada 70 juta gay di Cina. Partai Komunis Cina sebagai juru komando pemerintah, masih mengabaikan LGBT karena berpandangan bahwa pernikahan harus dibangun atas lawan jenis.

Back to top button