
Menghadirkan Susianah Affandy (Peraih Women Award 2024), Masyrofah (FORHATI dan dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta), Ita Kurniasih (Kasubag Bantuan Hukum Setda Tangsel), Nur Hidayati (Koordinator Forum Ngaji Gender), diskusi yang dimoderatori Lela Safitri itu berlangsung interaktif. Para narasumber menyoroti berbagai persoalan struktural yang dihadapi perempuan, mulai dari hambatan hukum, tantangan dalam birokrasi, hingga tafsir agama yang cenderung membatasi kepemimpinan perempuan.
JERNIH– Lentera Huma Berhati (LHB) menggelar diskusi publik bertajuk “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju” di Gerak Gerik Café & Bookstore, Tangerang Selatan, Jumat (23/5) lalu. Kegiatan itu dihadiri sejumlah tokoh perempuan dari berbagai bidang serta melibatkan peserta dari kalangan mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum.
Menurut Ketua Pelaksana, Sholehuddin, forum ini digagas sebagai respons atas minimnya ruang dialog yang kritis namun membumi terkait pemberdayaan perempuan, khususnya di tingkat lokal. “Kami percaya bahwa kemajuan bangsa tidak mungkin tercapai tanpa memastikan perempuan memiliki ruang yang setara untuk tumbuh, berkontribusi, dan memimpin,” kata Sholehuddin.
Empat narasumber perempuan hadir dalam diskusi ini: Dr. Susianah Affandy, M.Si. (Peraih Women Award 2024 dan pegawai Otorita Ibu Kota Nusantara), Dr. Masyrofah, S.Ag., M.Si. (dari FORHATI dan dosen Fakultas Syariah dan Hukum), Ita Kurniasih, S.H., M.H. (Kasubag Bantuan Hukum Setda Tangsel dan penggerak ekonomi perempuan), serta Nur Hidayati (Koordinator Forum Ngaji Gender).
Diskusi yang dimoderatori Lela Safitri ini berlangsung interaktif. Para narasumber menyoroti berbagai persoalan struktural yang dihadapi perempuan, mulai dari hambatan hukum, tantangan dalam birokrasi, hingga tafsir agama yang cenderung membatasi kepemimpinan perempuan.
Peserta aktif berdialog dan menyampaikan refleksi. Forum ini, menurut Sholehuddin, bukan sekadar ajang wacana. “Kami ingin forum seperti ini menjadi tradisi, bukan sekadar kegiatan insidental,” kata dia. “Perempuan harus terus diberi ruang untuk bersuara, membangun jaringan, dan memimpin perubahan.”
Diskusi ini juga diharapkan menjadi energi baru bagi kerja-kerja pemberdayaan di tingkat komunitas. “Ini bukan hanya ruang intelektual, tapi ruang kolektif untuk aksi nyata,” katanya.
Kegiatan ini diinisiasi Lentera Huma Berhati (LHB) bekerja sama dengan Korp-HMI Wati Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum Cabang Ciputat serta Naramuda Syahid.
Bagi para peserta, diskusi ini menjadi pengingat bahwa keterlibatan perempuan dalam pembangunan bukan sekadar pilihan, melainkan keniscayaan. “Ketika perempuan berdaya, seluruh elemen masyarakat ikut bergerak maju,” kata Sholehuddin. [ ]