Marc Marquez “Dijegal” Alex Marquez di Catalunya

Marc sulit mengejar Alex berkat setup motor yang lebih pas, konsistensi lap time, kondisi ban, serta faktor psikologis kakak-adik. Balapan itu menjadi bukti bahwa Alex bukan hanya bayangan Marc, melainkan rival sejati.
JERNIH – Sirkuit Barcelona-Catalunya, Minggu (7 September) sore, menjadi saksi sejarah baru dalam dunia MotoGP. Bukan sekadar balapan, melainkan sebuah drama keluarga: duel kakak beradik Marc dan Alex Márquez yang memikat jutaan pasang mata di seluruh dunia.
Marc, sang legenda dengan delapan gelar dunia dan 15 kemenangan beruntun musim ini, datang ke Catalunya sebagai favorit mutlak. Namun, untuk pertama kalinya musim ini, dominasi “The Ant of Cervera” diguncang oleh seseorang yang sangat ia kenal—adiknya sendiri.
Darah Sama, Ambisi Berbeda
Kisah Márquez bersaudara selalu seperti dua sisi mata uang. Marc (lahir 1993) naik ke kelas MotoGP pada 2013 dan langsung menjadi ikon, mengoleksi gelar demi gelar hingga dijuluki King of Cervera. Sementara itu, Alex (lahir 1996) lebih sabar meniti karier: juara Moto3 (2014), juara Moto2 (2019), hingga akhirnya masuk ke kelas premier pada 2020.

Musim 2025 menjadi titik balik. Sama-sama membela Gresini Ducati, keduanya bukan lagi sekadar rekan setim—mereka adalah rival utama dalam perebutan mahkota dunia. CNN bahkan menyebut momen ini sebagai “dream rivalry yang tak pernah dimiliki MotoGP sebelumnya”.
Marc Mendominasi, Alex Menantang
Marc mengawali musim dengan sempurna, mencatat 13 kemenangan dari 20 balapan awal dan mengoleksi 196 poin. Namun Alex tidak sekadar menjadi bayangan: ia meraih kemenangan perdananya di Jerez dan konsisten menempel, dengan 172 poin dan sering finis runner-up.
“Alex adalah rival terberat saya musim ini, tapi saya bangga melihatnya berkembang,” ucap Marc seusai GP Assen, di mana adiknya hampir menyalip di lap terakhir. Alex pun membalas, “Saya tahu Marc paham kelemahan saya, tapi justru itu yang membuat saya belajar lebih cepat.”
Sirkuit rumah menjadi medan tempur emosional. Sejak sesi latihan, tensi tinggi terasa. Alex tampil luar biasa dengan merebut pole position pertamanya musim ini, menyingkirkan Fabio Quartararo (P2) dan Marc (P3).

Sprint race menghadirkan drama klasik: Alex memimpin jauh, namun crash di Tikungan 10. Marc akhirnya menang untuk ke-14 kalinya musim ini. “Saya tidak ingin menang karena Alex jatuh, tapi ini realitas balapan,” kata Marc, sembari mengamankan gelar konstruktor Ducati.
Namun, balapan utama adalah panggung kebangkitan Alex. Dengan determinasi penuh, ia memimpin sejak awal dan bertahan meski Marc mendekat hingga 0,2 detik di lima lap terakhir. Kali ini, Alex tidak goyah.
“Ini kemenangan terbesar dalam karier saya,” ujar Alex di podium, bergetar hatinya. Banyak fans meyakini ada momen di mana Marc sadar kemenangan Alex akan lebih berarti secara emosional, baik untuk tim maupun keluarga.
Namun Marc menegaskan, “Dia pantas menang. Saya sudah mencoba segalanya, tapi Alex lebih cepat hari ini.”
Di Catalunya, Alex tampil luar biasa sejak sesi latihan. Pole position pertamanya musim ini membuktikan bahwa setup Ducati GP25 miliknya lebih optimal untuk karakter sirkuit—dengan tikungan cepat dan sektor flowing. Alex menggunakan ban dengan manajemen yang lebih efisien, sehingga tidak drop terlalu cepat. Marc sempat mengeluhkan front stability saat masuk ke tikungan 3 dan 9, membuatnya kehilangan beberapa persepuluh detik di tiap lap.
Menurut analis MotoGP.com, data telemetri menunjukkan Alex lebih halus saat masuk tikungan, sementara Marc lebih agresif, sehingga ban depan Marc cepat panas dan kehilangan grip.
Marc sempat memangkas gap hingga 0,2 detik di lima lap terakhir, tapi Alex tetap tenang menjaga ritme. Ketahanan fisik Alex juga terlihat lebih baik. Ia tidak mengalami penurunan kecepatan di lap-lap penutup. Marc, yang biasanya mengandalkan late braking ekstrem, kali ini tidak menemukan celah karena Alex juga kuat di sektor pengereman.
Kemenangan Alex di Catalunya mengakhiri rentetan kemenangan Marc, sekaligus menjaga asa perebutan gelar tetap terbuka menuju Misano. Media Spanyol Marca menulis, “Ini bukan hanya kemenangan, ini deklarasi bahwa Alex Márquez telah lahir kembali sebagai penantang sejati.”

Meski rivalitas semakin panas, keharmonisan mereka tetap terjaga. Mereka bahkan mencetak sejarah sebagai saudara pertama yang podium bersama di kelas premier. Alex, kini disebut sebagai “pembalap dengan progres paling cepat di 2025”, telah memaksa Marc keluar dari zona nyaman.
MotoGP Catalunya 2025 akan dikenang bukan semata karena kemenangan Alex, tapi karena ia terjadi di atas panggung paling emosional: rumah, keluarga, dan ambisi yang saling beradu. Marc tetap favorit juara dunia, namun Alex telah membuktikan satu hal: darah yang sama tidak menjamin hasil yang sama.
Pertarungan Márquez bersaudara adalah kisah epik tentang persaudaraan, persaingan, dan cinta pada kecepatan—sebuah saga yang hanya bisa lahir di lintasan MotoGP.(*)
BACA JUGA: Enam Gelar MotoGP Berturut-turut oleh Marc Márquez